Malam terasa sunyi dan gelap. Suara jengkrik berbunyi sekali-sekali dan tak satupun bintang yang kelihatan. Si Abah dan si Pemuda mendirikan kemah di dekat pohon yang sangat besar. Si Pemuda duduk dekat api unggun kecil, cahaya dan kehangatannya cukup bagi mereka berdua. Si Pemuda terlihat sedang mengulang-ulang hafalan al qur'an.
Si Abah baru saja menyelesaikan sholat malamnya. Beliau melambaikan tangan kepada si Pemuda, mengajaknya duduk di sampingnya.
"Dahulu, waktu seusiamu, Abah sangat rakus, hampir semua ilmu Abah lahap. Ilmu al qur'an, ilmu hadis, ilmu fikih, ilmu filsafat, ilmu matematika, biologi, fisika, kimia, sosial, pokoknya ilmu apa saja Abah pelajari."
Si Abah meneteskan air matanya.
"Loh, Abah kok malah menangis?"
Si Pemuda bertanya kepada si Abah yang sedang mengusap wajahnya.
"Abah menyesal berilmu banyak, anakku..."
Kening si Pemuda berkerut, sambil bertanya,
"Abah, bukannya orang berilmu itu ditinggikan derajatnya?
Si Abah tersenyum, terlihat bijaksana sekali, sambil menatap mata anaknya ia berkata lagi,
"Kadang-kadang abah merasa seperti keledai yang mengangkut banyak sekali buku-buku di dalam kotak-kotak kayu, buku-buku itu hanya membebaninya dan tidak bermanfaat apa-apa bagi keledai itu""Anakku, kendalikanlah nafsumu menuntut ilmu, khususnya ilmu-ilmu agama yang bersifat amalan ibadah. Engkau mendapat ilmu langsung amalkan, cari ilmu lagi langsung amalkan, dan seterusnya anakku. Jangan engkau tumpuk-tumpuk hingga nantinya engkau tidak sanggup mengamalkan semuanya."
"Ilmu yang engkau kuasai tetapi tidak engkau amalkan, hanya akan menjadi beban bagimu anakku... dan pilihlah ilmu-ilmu yang benar-benar bermanfaat bagimu dan ummat manusia."
Si Pemuda hanya diam termenung. Tidak berapa lama kemudian si Abah bangkit dan mengajak si Pemuda istirahat di dalam kemah, karena besok pagi mereka akan melanjutkan perjalanannya menuju Mekkah Al Mukarromah.
Sang malampun sedang menikmati kekuasaannya...
Serial Si Abah dan Si Pemuda:
- Pertanyaan yang Menggelitik Pemikiran Seorang Pemuda Tentang Tuhan.
- "Jangan Sembarangan Nimbrung dalam Perdebatan, Anakku."
- Semakin Penting Bagi Manusia, Semakin Mudah Mendapatkannya.