Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Irshad Manji, Hasil Kebebasan Pemikiran yang Kebablasan

11 Mei 2012   17:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:26 2862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan Berpikir dan Kebenaran Sejati

Akal merupakan anugerah khusus yang diberikan Tuhan kepada manusia, tidak diberikan kepada mahluk biologis lainnya. Tuhan juga memberikan kebebasan kepada manusia untuk mempergunakan akalnya, tak ada mahluk lain yang dapat menghalangi kebebasan berpikir seorang manusia.

Namun, kebebasan berpikir manusia secara tidak langsung telah dibatasi oleh Tuhan melalui ketergantungan manusia kepada oksigen, makanan, minuman, ruang dan waktu (Life Support). Kebebasan sejati hanyalah ilusi.

Akal cenderung untuk mencari tahu kebenaran. Tidak seperti pendapat umum, bahwa kebenaran itu bersifat relatif, sesungguhnya pendapat ini salah besar. Kebenaran itu bersifat mutlak, yang relatif itu adalah individu yang memandang kebenaran tersebut.

Dari konsep inilah munculnya kisah "kelemahan" manusia dalam menyikapi kebenaran, yaitu kisah Si Buta dan Seekor Gajah. Ada kisah versi lain yang maknanya sama, yaitu kisah seorang manusia yang dari lahir hingga matinya dia hanya berada di suatu tempat. Orang tersebut selama hidupnya, menyaksikan bahwa domba di tempat dia berada memiliki bulu berwarna putih, sehingga dia memiliki keyakinan bahwa semua domba berbulu putih.

Tuhan mengetahui bahwa manusia tidak akan mampu mengetahui kebenaran dengan sendirinya, oleh karena itulah Tuhan mengintervensi dengan mengutus manusia-manusia pilihanNya untuk menyampaikan kebenaran sejati kepada manusia.

Pemikiran Irshad Manji yang Kebablasan

Berikut dua dari sekian banyak pemikiran Irshad Manji yang harus disikapi dengan serius:

1. "I'm a lesbian/gay Muslim"

“Sebagaimana Anda ketahui, saya adalah seorang lesbian dan saya tidak meminta persetujuan kaum Muslim atas orientasi seksual saya. Saya hanya meminta persetujuan dari dua entitas saja: Sang Pencipta dan nurani saya.” -Irshad Manji- (IslamLib)

Islam dengan tegas melarang Homoseksual dan Lesbian di dalam Al Qur'an Surah Al A'Raaf Ayat 80-84. Penetapan hukum haramnya homoseksual menjadi Ijma’ dan itu diperkuat oleh dalil-dalil dari Al Qur'an dan Hadits. Penjelasan lebih lanjut, diantaranya bisa Anda baca di sini.

"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka:` Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (QS. Al A'raaf  Ayat 80).

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.(QS. Al A'raaf  Ayat 81).

2. "Nabi lalu menghapus ayat-ayat tersebut – beliau mengedit Quran"

"Banyak yang tidak tahu bahwa para filsof Muslim selama ratusan tahun telah berbicara mengenai “ayat-ayat setan”, di mana Nabi menerima ayat-ayat Quran yang kemudian beliau sadari lebih memuja para berhala ketimbang Tuhan. Nabi lalu menghapus ayat-ayat tersebut – beliau mengedit Quran. Pertanyaan saya adalah: jika Muslim yang baik meneladani kehidupan Nabi dan Sunnah Nabi, maka bagian dari Sunnah adalah bahwa beliau mengedit Quran. Siapa dapat mengatakan para sahabatnya tidak mengikuti teladan tersebut? Siapa bisa mengatakan dalam proses kompilasi tersebut mereka tidak mengedit Quran?" -Irshad Manji- (IslamLib)

Silahkan berpikir secara bebas, tapi harus bertanggung jawab. Bukan kebebasan pemikiran yang kebablasan, hargai juga pendapat orang lain, jangan sampai menyakiti hati orang lain. Saya teringat nasihat Alm. Ustad Zainuddin MZ mengenai kebebasan, beliau mencontohkan seseorang yang memiliki radio dan menghidupkannya dengan volume suara yang sangat kuat sementara tetangganya hendak tidur dan merasa terganggu dengan suara radio tersebut.

Allah sendiri yang menjamin kesucian Al Qur'an:

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".(QS. Al Hijr Ayat 9)

Jaminan Allah SWT terhadap pemeliharaan Alquran itu ditegaskan lagi dalam firman Nya:

"Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci". (Q.S As Saf: 8)

Dari pendapatnya tersebut jelas pengetahuannya mengenai Al Qur'an rendah sekali, seandainya dia tahu dan paham ada 15 ilmu yang harus dikuasai untuk mempelajari Al Qur'an, yaitu Lughah (Philology), Nahwu (Syntax), Sharaf (Ethymology), Isytiqaq (Derivatives), Ma’ani (Semantic), Bayan (Speech), Badi' (Rhetoric), Qira'at (Spelling), 'Aqaid (Faith), Ushul Fiqh (Principal Rules), Asbabun Nuzul (Historical Background), Nasikh Mansukh, Hadits, dan 1 ilmu khusus yang berasal dari Allah yaitu Ilmu Laduni.

Sebenarnya banyak sekali cara-cara dan bukti-bukti mengenai keotentikan Al Qur'an yang tidak mungkin dijabarkan disini. Pembaca dapat membaca sebagiannya disini.

Pemikiran Irshad Manji Yang Rancu

"Dengan rendah hati saya mengingatkan kaum Muslim yang menilai pandangan saya tidak Islami atau bahkan anti Islam – bahwa dalam Quran ayat yang mengajak kita untuk berfikir, menganalisa dan merenung tiga kali lipat lebih banyak daripada ayat yang mengajarkan apa yang benar atau salah. Ayat yang mendorong pemikiran kritis tiga kali lipat lebih banyak daripada tentang kepatuhan buta. Dengan perhitungan itu saja, penafsiran ulang lebih dari sekedar hak – ia adalah kewajiban." -Irshad Manji- (IslamLib).

"Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan dalam diri mereka sendiri" (Al Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 11).

Irshad Manji mengkritik Al Qur'an namun disisi lain dia menggunakan Al Qur'an untuk membela argumen-argumennya sendiri.

Al Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 11, bagi feminis Irshad Manji adalah dasar pemikirannya mengenai agama global yang menurut dia, "Dinamika internalnya mempengaruhi begitu banyak kehidupan di luar agama itu sendiri" (Allah, Liberty and Love, hal. xxiv).(Kompas)

"Adapun ijtihad adalah praktik berpikir yang independen, yang tidak terpengaruh oleh apa pun. Ijtihad tidak membungkam manusia untuk menanyakan sesuatu. Ijtihad membuka jalan bagi manusia untuk mengembangkan banyak hal. Dari sumber yang saya baca, ratusan tahun lalu, manusia bisa mengembangkan filosofi, sains, dan seni berkat ijtihad. Dan, sekali lagi, buku saya juga menjelaskan tentang hal ini. Mari kita jadikan Islam menjadi lebih baik denga Itjihad"-Irshad Manji- (Kompas).

Irshad Manji juga lebih menekankan Itjihad daripada Hadist dan Al Qur'an. Sementara hierarki hukum Islam adalah Al Qur'an-Hadist-Itjihad Ulama.

Irshad Manji mengatakan bahwa dia tidak meminta persetujuan kaum Muslim atas orientasi seksualnya, namun mengapa dia berdakwah dan mencari dukungan?

Dari uraian di atas semoga kita dapat menyikapi pemikiran Irshad Manji dan aliran-aliran sepaham dengannya, yang sesat dan menyesatkan dengan serius.

Silahkan ngomong dan berpikir sesuka hati tanpa batasan, termasuk batasan etika dan moral, tetapi jangan di tengah-tengah masyarakat, silahkan di hutan belantara, di gurun, di kutub utara atau di tengah-tengah laut sana.

Apa yang dia sampaikan bukanlah ajaran islam, tidak akan ada yang ribut seandainya dia menamakan gerakannya agama courage, agama ini itu, atau apalah, asal jangan mengatasnamakan Islam.

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah yang Maha Mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl Ayat 125).

Saya menekankan kalimat pertama ayat di atas dalam menyikapi masalah ini, selanjutnya ayat tersebut sebagai wanti-wanti kepada penganut islam untuk tidak kebablasan dalam berpikir dan bertindak, sehingga tidak dengan gampang menyalah-nyalahkan orang lain apalagi melakukan tindakan kekerasan.

Meng-counter pemikirannya dengan argumen yang baik dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan, yang malah bisa menjadi image yang tidak baik bagi Islam.

Salam Hangat Sahabat Kompasioner

Artikel dan Diskusi Terkait:

Kenapa Irshad Manji Ditolak? oleh Zulfikar Akbar

atau silahkan bergabung dan menyampaikan opini Anda di Kompas Forum:

Irshad Manji, Hasil Kebebasan Pemikiran yang Kebablasan. Menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun