Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Menjilat Ludah", Frase yang Absurd

26 Juli 2014   07:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Frase ini adalah salah satu frase yang paling kerap muncul dalam kehidupan berpolitik. Masih segar di dalam ingatan selama masa copras-capres kemarin, begitu banyaknya pernyataan-pernyataan tokoh-tokoh nasional yang berbeda dari satu masa ke masa yang lain. Baik dari kubu Jokowi-JK maupun dari kubu Prabowo-Hatta.

Kalau ditarik ke ranah yang lebih umum, frase ini cukup sering juga muncul di dalam kehidupan sehari-hari.

Ok, mengapa saya katakan bahwa frase "menjilat ludah" adalah frase yang absurd?

Seperti yang telah kita ketahui bersama, hidup dan kehidupan ini penuh dengan dinamika, berubah atau perubahan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri, termasuk opini atau pendapat seseorang.

Alangkah anehnya jika pendapat seseorang harus tetap sama sepanjang masa, suatu pemikiran yang bertentangan dengan sifat alamiah manusia.

Sah-sah saja pendapat seseorang berubah meskipun dalam jangka waktu yang relatif pendek.

Hal yang paling penting diperhatikan adalah alasan mengapa orang tersebut mengubah pendapatnya. Argumen yang diberikannya adalah penentu apakah orang tersebut telah memikirkan atau tidak sebelum ia mengeluarkan pendapatnya.

Jika argumennya mengada-ada atau sangat dipaksakan, wajar orang tersebut dianggap sebagai orang yang plin-plan, orang yang mencla-mencle.

Sampai di sini, saya tidak menemukan konteks yang tepat untuk frase "menjilat ludah". Sepertinya frase ini hanyalah sebentuk ungkapan emosi amarah semata...

[-Rahmad Agus koto-]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun