Anies Baswedan diserang setelah mengeluarkan sekitar 900 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan yang berdiri di atas pulau reklamasi, dan menjadi polemik karena Anies sudah menghentikan proses reklamasi. Namun menurut Anies, adanya Pergub Nomor 2016/2016 yang dibuat Ahok menjadi dasar hukumnya.
Ahok menanggapinya dengan pernyataan "gubernurnya pintar ngomong", dan melontarkan kritikan. Lalu apa tanggapan balasan Anies? Terkesan santai, mungkin saja ada strategi tersembunyi di dalamnya. Menurut Anies ia akan menjawab atau mengomentari pernyataan Ahok tadi secara tertulis.
Aha, menunjukkan ketenangan seorang Anies Baswedan sekaligus sebuah sindiran halus. Bukankah jawaban tertulis akan tersusun rapi kata-katanya, tidak grasa-grusu yang bisa menyebabkan "slips of the tongue"?
Anies Baswedan diserang juga oleh Luhut Binsar Panjaitan. Sebelumnya Anies mengatakan "pantai" bukan "pulau". Luhut tak mau berpolemik terkait hal ini, tapi pernyataannya cenderung menyerang Anies.
"Saya enggak mau bersilang pendapat dan saya enggak mau bermain kata-kata. Jelas sudah semua dulu yang saya pernah katakan. Sekarang itu sudah gubernur, biarin saja lah, biar gubernur yang ngurus," kata Luhut seperti dikutip dari jpnn.com (25/6/2019).
Entah di mana salahnya diksi "pantai" dan "pulau" ini, tapi Anies Baswedan diserang, bahkan ada sebagian pihak yang menudingnya hanya pintar retorika, padahal saat Ahok terkena kasus gara-gara "slips of the tongue" atau keseleo lidah di Kepulauan Seribu ada tudingan "penistaan agama".
Itu diksi yang salah, kemudian ada pihak yang berusaha membenarkan menjadi "penodaan agama", tapi mungkin saja pihak itu kini nyinyir terkait diksi "pantai" dan "laut" yang diucapkan Anies tadi.Â
Terlepas lucu atau tidak, Anies Baswedan diserang.
Kembali Anies Baswedan diserang, kali ini datang dari BEM UI yang menggelar aksi jalan mundur dari Monumen Patung Kuda Arjuna Wijaya menuju Balai Kota.Â
Sampai saat ini belum ada tanggapan Anies, tapi disarankan sebaiknya Anies santai saja, tak perlu grasa-grasu dan sinis, misalnya mengeluarkan pernyataan seperti ini:
"Jalan normal saja capek, apalagi jalan mundur? Hidup ini jangan dibuat susah".