Andi Arief dilecehkan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Partai Demokrat akhirnya batal mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin?
Isu Partai Demokrat melakukan pendekatan atau lobi-lobi politik agar kadernya bisa masuk dalam kabinet Jokowi yang akan datang bukan isu baru. Nama AHY, putra sulung SBY adalah kader Partai Demokrat yang akan menjadi menteri nantinya, pun bukan isu baru. Tapi akhirnya semua berantakan karena Andi Arief dilecehkan?
Ingat Andi Arief, ingat pernyataannya "Prabowo Jenderal Kardus", sebuah pernyataan yang sulit dilupakan dari ingatan, minimal hingga 5 tahun ke depan, terlepas keputusan Mahkamah Konstitusi pada 28 Juni nanti menolak atau menerima gugatan Prabowo-Sandi.Â
Kasus lain yang membuat nama Andi Arief jadi perhatian publik adalah kasus dugaan narkoba, dan salah satu barang bukti yang ditemukan di kamar hotel adalah kondom, tapi sampai sekarang publik tidak tahu berapa ukuran kondom itu (kecil, sedang, atau besar).
Tapi mengapa Andi Arief dilecehkan, dan siapa yang melakukan?
Bermula dari pernyataan Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Asrul Sani yang mengatakan Partai Gerindra pantas mendapat tawaran untuk bergabung dalam kabinet Jokowi yang akan datang. Alasannya Partai Gerindra bersikap ksatria, patuh pada undang-undang dalam menyelesaikan perselisihan Pemilu 2019.Â
Oh, rupanya setelah para politikusnya koar-koar tidak akan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, tapi akhirnya melakukan juga usai kerusuhan 22 Mei, masih pantas disebut ksatria?
Atas pernyataan Asrul Sani tadi, Andi Arief mengatakan jatah pembagian pos menteri merupakan hak sepenuhnya Presiden Jokowi.
Tanggapan atau komentar balasan Asrul Sani pun cukup menohok , dan kesannya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief dilecehkan di sini.
"Kalau soal hanya presiden yang berhak menawarkan (kursi) menteri, anak kecil juga tahu itu," katanya seperti dikutip dari detik.com.
Alamak, anak kecil juga tahu?