Sikap SBY dipertanyakan setelah Andi Arief melontarkan cuitan lewat akun Twitter-nya (7/1/19).
Andi Arief mengatakan adanya "Faksi Setan" di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin, dan sikap SBY pun dipertanyakan terkait hal ini.
"Di dalam rejim Jokowi ini ada faksi setan. Misalnya Sekjen PDIP Hasto dkk. JANGAN lupakan bagaimana Hasto ini operasi melumpuhkan KPK lewat Abraham Samad. Faksi Setan itu seperti juga setan pandai merayu, memberi angin surga jabatan."Â
Menurut KBBI online, arti kata "faksi" seperti ini:
Kelompok di dalam suatu partai politik, yang umumnya anggotanya para politisi yang mencoba menonjolkan diri dengan cara-cara oportunistis atau dengan cara mendorong perpecahan di dalam partai politiknya, bahkan di dalam negara secara keseluruhan.
Menurut Andi Arief, ia sudah melaporkan tentang "Faksi Setan" ini kepada pihak kepolisian dan berharap laporannya diproses.
Ya, boleh saja Andi Arief berharap, tapi "Anak Kecil yang Sok Cerdas" pun tahu, bahwa pihak kepolisian butuh bukti agar proses tersebut bisa berlanjut atau tidak.
Kalau tidak ada bukti yang meyakinkan, pihak kepolisian mau bilang apa, dengan sendirinya tidak ada proses yang berlanjut, atau laporan Andi Arief tadi berhenti hanya sebatas laporan saja.
Mungkin masih ada sebagian pihak yang terpesona dan kagum dengan diksi "Saya sudah laporkan ke polisi!", tapi sebenarnya biasa saja.
Jangan-jangan di kemudian hari nanti ada "Anak Kecil yang Sok Cerdas" menggunakan taktik "playing victim", dan mengatakan kalau laporan pihaknya tidak atau lambat diproses, sedangkan pihak lain sebaliknya.
Sekali lagi, pihak kepolisian perlu bukti untuk melanjutkan sebuah proses laporan, sebab tidak ada keistimewaan bagi siapapun dia, terkait hal ini, atau semua warga negara diperlakukan sama. Ada bukti yang kuat, proses bisa berlanjut, kalau tidak, ya berhenti.
Jadi gak usah cengeng, atau seperti "Anak Kecil yang Sok Cerdas", dan "playing victim" kalau laporannya tak berlanjut atau berhenti karena tak ada bukti yang kuat, hal ini berlaku bagi siapa pun yang membuat laporan.
Kembali soal sikap SBY yang dipertanyakan gara-gara cuitan Andi Arief terkait "Faksi Setan" tadi.
Memangnya siapa yang mempertanyakan sikap SBY itu?
Dia adalah Sekjen PSI Raja Juli Antoni. Menurutnya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief sudah kehilangan narasi kampanye konstruktif dengan menyerang kubu Jokowi-Ma'ruf Amin dengan sebutan "Faksi Setan" tadi.Â
"Pertanyaan saya, apakah kemudian Pak SBY setuju, apakah ini bagian dari strategi Demokrat untuk proses pemilu atau bahwa ini memang hanya oknum dan kalau memang tak setuju kira-kira sanksi apa yang harus dilakukan kepada Andi Arief, seharusnya begitu," katanya seperti dikutip dari detik.com (10/1/19).
Sikap SBY pun dipertanyakan, atau diharapkan bisa menyampaikan sikap resmi Partai Demokrat, apakah memang mendukung apa yang disampaikan Andi Arief tadi, karena kalau SBY mendiamkan ada kesan di publik SBY menyetujuinya.
Bagaimana perkiraan sikap SBY atas pernyataan Sekjen PSI tadi? Menanggapinya, atau akan ada pernyataan sikap SBY nantinya, atau diam saja?
Diperkirakan hanya 10% saja kemungkinan adanya pernyataan sikap SBY yang dipertanyakan PSI tadi, sedangkan 90% nya lagi SBY diam atau tidak menanggapinya.
Begitulah enaknya jadi partai kecil seperti PSI, karena kalau dilawan atau ditanggapi gak ada untungnya, tapi kalau didiamkan bisa "makan hati".
PSI yang menjadi bagian dari kubu Jokowi-Ma'ruf Amin ini kalau dalam permainan catur ibarat "Pion Racun".
Dimakan jadi susah, gak dimakan pun jadi susah.
Diperkirakan seandainya pun ada sikap SBY terkait "Faksi Setan" dari Andi Arief tadi, kecil kemungkinannya SBY akan mengatakan: "Saya Prihatin".
Salam politik itu peang, bukan bundar.
Google Bisa Menghapus Software yang Berbahaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H