Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Indonesia Itu Ibarat Sebuah Lagu Lama

22 November 2018   04:15 Diperbarui: 22 November 2018   08:08 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tribunnews.com

Timnas Indonesia tersingkir dari Piala AFF 2018 setelah Filipina bermain imbang 1-1 melawan Thailand. Kecaman pun datang bertubi-tubi yang diarahkan kepada PSSI karena penunjukkan Bima Sakti sebagai pelatih kepala Timnas di turnamen tadi.

Sejenak kembali membahas tulisan-tulisan sebelumnya di bawah ini:

Mampukah Bima Sakti Membuktikan Omongannya?

Setelah Timnas Indonesia kalah 0-1 melawan Singapura, Timor Leste adalah lawan berikutnya. Bima Sakti berjanji akan menunjukkan kualitas Timnas yang sesungguhnya saat menghadapi Timor Leste.

"Kami tentunya akan membuktikan kualitas tim saat melawan Timor Leste."

Timnas pun akhirnya mengalahkan Timor Leste dengan skor akhir 3-1 lewat gaya tarkam, atau tidak terbukti omongan Bima tadi.

Timnas Indonesia Butuh Keajaiban di Piala AFF 2018.

Kualitas Timnas saat menghadapi Singapura dan Timor Leste sudah diketahui, dan jauh dari harapan untuk memenuhi target juara Piala AFF 2018. Makanya diingatkan, Timnas butuh keajaiban di sini.

Timnas Indonesia Bermain Gemilang dan Layak Dapat Bintang.

Cukup banyak pihak yang memperkirakan Timnas Indonesia akan dibantai saat menghadapi juara bertahan dan tuan rumah Thailand di pertandingan ketiga mengingat buruknya penampilan Timnas pada dua pertandingan sebelumnya.

Tidak! Diprediksi Timnas akan bermain gemilang dan mampu mengimbangi Thailand. Target mencuri poin di kandang lawan bukan sekadar mimpi. 

Mengapa prediksinya bisa seperti itu? 

Pengalaman, berdasarkan pengalaman. Timnas memang seperti itu. Setelah bermain buruk melawan tim yang biasa saja, maka penampilannya akan meningkat melawan tim yang kualitasnya lebih bagus. 

Terbukti, Timnas bermain gemilang saat menghadapi Thailand, tapi sayangnya hanya di babak pertama saja, karena kembali "penyakit lama" Timnas kambuh, antara lain masalah buruknya mental pemain.

Kalau tak salah ingat, sejak era Iswadi Idris dkk berakhir, mental buruk pemain Timnas mulai muncul di sini. Memang sudah terlalu lama, tapi apa hendak di kata, sampai saat ini belum sembuh jua.

Masalah mental ini pun sudah diingatkan di sini - Kabar Sedih dari Thailand Terkait Timnas Indonesia.

Dari tiga pertandingan yang sudah dijalankan hasil yang didapat Timnas cukup menyedihkan (kalah 0-1 melawan Singapura, menang 3-1 melawan Timor Leste, dan dipecundangi Thailand dengan skor akhir 4-2).

Timnas Indonesia pun berada di ujung tanduk, tapi herannya masih saja ada sebagian pihak yang tetap optimis Timnas akan lolos ke babak berikutnya.

Mengapa bisa begitu?

Cinta itu buta, dan bisa membutakan logika.

Diprediksi Timnas layu sebelum berkembang atau gugur di fase grup karena "terlalu banyak ketergantungan", dan sudah dibahas di sini - Masih Perlukah Dukungan untuk Timnas Indonesia? -.

Kembali diingatkan agar mengedepankan logika, bukan perasaan. Makanya diprediksi Timnas layu sebelum berkembang karena Filipina mampu mencuri poin dari Thailand. Skor sementara di babak pertama masih 0-0, dan skor akhir imbang 1-1.

Kabar Sedih Datang dari Filipina, Oh Mamamia!

Ya, sekarang sudah terbukti Timnas Indonesia tersingkir dari Piala AFF 2018. Apa yang harus dilakukan sekarang? Masih bicara tentang kompetisi yang baik, pembinaan pemain usia muda dan seterusnya untuk perbaikan Timnas Indonesia?

Atau masih saja mengumbar "kata-kata bijak tralala trilili" setiap Timnas gagal, contohnya seperti di bawah ini?

  • Pemain Timnas Indonesia sudah berjuang sekuat tenaga, tapi harus diakui lawan jauh lebih baik. 
  • Timnas sebenarnya tidak kalah, jika beberapa peluang emas yang didapat bisa dimaksimalkan menjadi gol, tapi sayang penyelesaian akhirnya buruk, makanya kalah, kasihan Timnas Indonesia.
  • Masih ada hari esok yang gilang gemilang mengingat usia mereka masih muda. Janganlah terlalu dikritik atau dikecam, kasihan Timnas Indonesia.
  • Para pemain sudah berjuang mati-matian demi merah putih, hargailah, meskipun kalah.
  • Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.

Entahlah, tapi berdasarkan pengalaman sepertinya masih seperti itu.

Sekarang kecaman datang bertubi-tubi setelah Timnas Indonesia tersingkir dari Piala AFF 2018. 

PSSI, pelatih, pemain semua mendapat kecaman. Tiba-tiba saran bagaimana dunia sepak bola tanah air bisa berkembang dan maju kembali bermunculan, tapi seperti biasa, berdasarkan pengalaman, akan hilang dengan sendirinya ditiup angin lalu.

Memang kalau bicara tentang Timnas Indonesia itu ibarat sebuah lagu lama yang berjudul "Benci tapi Rindu".

Sakitnya hati ini
Namun aku rindu
Bencinya hati ini
Tapi aku rinduuu...

Salam bola itu bundar, bukan peang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun