Sandi menang, bukan hanya sekali tapi dua kali dalam sebuah "perang politik kecil-kecilan". Â Ia pun terlihat semakin piawai memainkan peran "Anak Mami" yang merupakan bagian dari taktik politiknya untuk menarik simpati publik.
Berawal dari pernyataan atau sarannya agar gubernur mengurusi wilayahnya, bukan pilpres. Menurutnya proses pilkada yang panjang dan melelahkan sehingga terpilih menjadi gubernur semua itu menjadi lebih berguna jika gubernur mengurusi wilayah dan melayani masyarakat.
Pernyataan atau saran Sandi tadi setidak-tidaknya membuat Ridwan Kamil terkesan sewot. "Pak Sandiaga Uno yang terhormat, tolong sebelum memberikan statement berkaca kepada pengalaman pribadi," katanya seperti dikutip dari detik.com.
Ia pun membeberkan Sandi yang wakil gubernur dan juga figur publik pada Pilkada 2018 menjadi jurkam Sudirman Said (Jateng) dan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Jabar).Â
Sandi bicara tentang gubernur terkait pilpres, sedangkan Ridwan Kamil bicara tentang wakil gubernur terkait pilkada?
Pernyataan agak kasar lainnya terlontar dari mulut Sekjen PSI Juli Antoni. Menurutnya Sandi itu muda tapi pikun.Â
"Sandi melarang kepala daerah terlibat kampanye, tapi dia lupa keliling-keliling daerah kampanye ketika ia masih menjadi wagub DKI," katanya di sini.
Melarang? Bukankah Sandi sekadar memberi saran? Mengapa diasumsikan jadi melarang?Â
Meski diserang dengan pernyataan yang agak kasar atau seperti itu, tapi Sandi tetap tenang memainkan taktik "Anak Mami" yang selama ini cukup ampuh. Menurutnya pernyataan atau saran agar gubernur tidak ditarik ke pilpres ditujukan untuk kubunya sendiri.
"Saya ingin menegaskan pernyataan itu khusus untuk kubu Prabowo-Sandi. Jadi kebijakan kita, kita tidak ingin kepala daerah yang terpilih atau wakil kepala daerah yang terpilih tersangkut atau tertarik ke pusaran pilpres," begitu antara lain katanya di sini.Â
1-0 Sandi menang.