Jokowi dan Prabowo berpelukan di Asian Games 2018 beberapa waktu lalu, dan perlu ditegaskan kejadian ini "tidak sengaja".
Kata "tidak sengaja" ini perlu juga digarisbawahi agar tidak ada lagi sebagian pihak yang pura-pura bego (kecuali kalau memang bego beneran, mau bilang apa?).Â
Jika pesilat yang meraih medali emas itu tidak melakukan pelukan, apakah Jokowi dan Prabowo akan berpelukan? Tidak, ini logika sederhananya. Kalau logika sederhana seperti ini saja tidak bisa dipahami, mau bilang apa?
Apakah sebelumnya ada rencana atau memang sudah direncanakan Jokowi dan Prabowo akan berpelukan? Tidak, karena tak satupun media yang memberitakan ada rencana itu.
Mungkin saja nantinya ada yang mengatakan Jokowi dan Prabowo sebelumnya memang sudah direncanakan akan berpelukan?Â
Sampai saat ini tidak ada beritanya. Jadi kembali ke logika sederhana tadi, Jokowi dan Prabowo berpelukan secara "tidak sengaja".
Apakah masih belum mengerti juga makna di balik kalimat "tidak sengaja" ini?
Meski "tidak sengaja" kejadian Jokowi dan Prabowo berpelukan, cukup banyak tanggapan dan komentar yang berhamburan, termasuk dari para politikus yang berbeda parpol. Komentar atau tanggapannya cenderung positif, menyejukkan, atau seperti itu.
Tapi menyebalkan juga, karena ada himbauan dari para politikus itu kepada pendukung Jokowi dan Prabowo agar tidak perlu ribut. Sebuah himbauan, tanggapan atau komentar yang boleh dibilang "Komentar Sontoloyo", termasuk dari seorang pengamat politik di sini.Â
"Ngapain bentrokan, wong capres-nya berpelukan," katanya. "Pelukan antara Prabowo dan Jokowi itu membuat orang mengatakan, para pendukungnya buat apa berkelahi dan berantem toh dua-duanya bisa sama-sama bertemu, tertawa, bercanda dan berpelukan," katanya lagi.
Lho lho lhooo...kok kesannya menyalahkan pendukung Jokowi dan Prabowo?Â
Entah sudah berapa kali terjadi hal seperti ini. Ada politikus yang terkesan bak "pahlawan" dengan himbauannya seperti "damai, sejuk, tenteram, jangan ribut, jangan berkelahi" dan seterusnya.
Ini orang gak mikir ya? Seharusnya politikus itu mikir dulu sebelum ngomong, kecuali kalau otaknya sudah terbelakang.
Kok kesannya menyalahkan pendukung Jokowi dan Prabowo?
Yang menjadi penyebab pendukung Jokowi dan Prabowo itu ribut, berkelahi, atau seperti itu siapa? Pemicunya itu siapa? Yang bikin suasana jadi panas itu siapa? Bukannya "mulut comberan" para politikus dan tokoh-tokoh pendukungnya yang bertebaran di media?
Pertanyaan terakhir, memangnya masih ampuh jurus "Maling Teriak Maling"?
Makanya, cukup menarik untuk memperkirakan kapan "mulut comberan" para politikus bertebaran lagi di media pasca Jokowi dan Prabowo berpelukan.
Sudahlah, gak usah merasa cerdas dengan memainkan trik ecek-ecek, berusaha membuat publik bingung, berlindung di balik kata "kritik", juga "demokrasi", seolah-olah publik tidak bisa membedakannya.
Perlu diingat juga, dengan catatan kalau otak politikus itu belum terbelakang, gak usah lagi deh memainkan jurus "Maling Teriak Maling" itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H