Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komentar "Politikus Kelas Kambing" di Media

25 Agustus 2018   06:46 Diperbarui: 26 Agustus 2018   11:00 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.com

Cukup banyak pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" yang bertebaran di media.

Maksudnya kelas kambing di sini kualitasnya rendah. Jadi "Politikus Kelas Kambing" adalah politikus yang kualitasnya rendah.

Salah satu ciri-ciri "Politikus Kelas Kambing" tadi, yaitu senang "menjungkirbalikkan logika" atau berusaha menyesatkan pikiran publik ketika menangkis serangan atau pernyataan yang merugikan dirinya atau parpolnya.

Menurut Ruhut Sitompul, Partai Demokrat cenderung tidak serius atau "setengah hati" mendukung Prabowo-Sandi. Alasan yang diutarakannya pun masuk akal.

Alasannya tersebut antara lain, jika Demokrat serius mendukung Prabowo-Sandi dan menang, sama saja memberikan jalan atau karpet merah bagi Sandi, padahal selama ini publik sudah tahu Demokrat ingin mengangkat AHY pada Pilpres 2024.

Ia pun meragukan keseriusan Partai Demokrat mendukung Prabowo-Sandi karena di sisi lain Andi Arief masih koar-koar perihal dugaan mahar Rp 1 triliun.

Bagaimana tanggapan atau komentar "Politikus Kelas Kambing"?

Secara garis besarnya mengatakan Ruhut hanya ingin mengadu domba parpol di Koalisi Prabowo, karena Demokrat mendukung Prabowo-Sandi sesuai amanat ketua umum partai.

Sudah? Begitu saja?

Ya, seperti itu saja komentar "Politikus Kelas Kambing", seolah-olah ingin terlihat cerdas di mata publik.

Apakah masih ada contoh komentar "Politikus Kelas Kambing" lainnya?

Menurut Andi Arief, ada isu ketua DPD sebuah parpol yang mencoba mengintimidasinya sehubungan dengan kicauan mahar Rp 1 triliun.

Isu? Yang namanya isu cenderung gazebo (gak zelas bo). Seharusnya mudah saja menangkis isu yang dilontarkan Andi Arief tadi. Misalnya seperti ini:

Rief, lapor polisi kalau ada yang mengintimidasi, juga sebut saja nama ketua DPD parpol itu. Jangan cuma ngomong doang. Lapor juga sekalian soal mahar Rp 1 triliun. Punya nyali gak? Katanya lu salah satu tokoh reformasi.

Tapi apa komentar "Politikus Kelas Kambing"?

Menurutnya sudah dicek, intimidasi itu bukan dari ketua DPD parpol di Koalisi Prabowo.

Begitulah antara lain pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" di media, seolah-olah terkesan cerdas seperti kancil, padahal cuma sekelas kambing, kalau tidak ingin disebut keledai.

Diperkirakan pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" seperti di atas tadi, baik dari Koalisi Jokowi maupun Koalisi Prabowo masih akan terus bertebaran di media hingga Pilpres 2019 nanti. 

Makanya, kalau ada politikus yang mengatakan "masyarakat kita sudah cerdas", patut dipertanyakan, siapa sebenarnya yang selama ini perlu dicerdaskan.

Kambing?

Tapi di sisi lain mungkin saja masih ada sebagian pihak yang tak setuju politikus seperti itu disebut "Politikus Kelas Kambing".

Entah apa sebutan yang lebih tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun