Cukup banyak pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" yang bertebaran di media.
Maksudnya kelas kambing di sini kualitasnya rendah. Jadi "Politikus Kelas Kambing" adalah politikus yang kualitasnya rendah.
Salah satu ciri-ciri "Politikus Kelas Kambing" tadi, yaitu senang "menjungkirbalikkan logika" atau berusaha menyesatkan pikiran publik ketika menangkis serangan atau pernyataan yang merugikan dirinya atau parpolnya.
Menurut Ruhut Sitompul, Partai Demokrat cenderung tidak serius atau "setengah hati" mendukung Prabowo-Sandi. Alasan yang diutarakannya pun masuk akal.
Alasannya tersebut antara lain, jika Demokrat serius mendukung Prabowo-Sandi dan menang, sama saja memberikan jalan atau karpet merah bagi Sandi, padahal selama ini publik sudah tahu Demokrat ingin mengangkat AHY pada Pilpres 2024.
Ia pun meragukan keseriusan Partai Demokrat mendukung Prabowo-Sandi karena di sisi lain Andi Arief masih koar-koar perihal dugaan mahar Rp 1 triliun.
Bagaimana tanggapan atau komentar "Politikus Kelas Kambing"?
Secara garis besarnya mengatakan Ruhut hanya ingin mengadu domba parpol di Koalisi Prabowo, karena Demokrat mendukung Prabowo-Sandi sesuai amanat ketua umum partai.
Sudah? Begitu saja?
Ya, seperti itu saja komentar "Politikus Kelas Kambing", seolah-olah ingin terlihat cerdas di mata publik.
Apakah masih ada contoh komentar "Politikus Kelas Kambing" lainnya?
Menurut Andi Arief, ada isu ketua DPD sebuah parpol yang mencoba mengintimidasinya sehubungan dengan kicauan mahar Rp 1 triliun.
Isu? Yang namanya isu cenderung gazebo (gak zelas bo). Seharusnya mudah saja menangkis isu yang dilontarkan Andi Arief tadi. Misalnya seperti ini:
Rief, lapor polisi kalau ada yang mengintimidasi, juga sebut saja nama ketua DPD parpol itu. Jangan cuma ngomong doang. Lapor juga sekalian soal mahar Rp 1 triliun. Punya nyali gak? Katanya lu salah satu tokoh reformasi.
Tapi apa komentar "Politikus Kelas Kambing"?
Menurutnya sudah dicek, intimidasi itu bukan dari ketua DPD parpol di Koalisi Prabowo.
Begitulah antara lain pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" di media, seolah-olah terkesan cerdas seperti kancil, padahal cuma sekelas kambing, kalau tidak ingin disebut keledai.
Diperkirakan pernyataan atau komentar "Politikus Kelas Kambing" seperti di atas tadi, baik dari Koalisi Jokowi maupun Koalisi Prabowo masih akan terus bertebaran di media hingga Pilpres 2019 nanti.Â
Makanya, kalau ada politikus yang mengatakan "masyarakat kita sudah cerdas", patut dipertanyakan, siapa sebenarnya yang selama ini perlu dicerdaskan.
Kambing?
Tapi di sisi lain mungkin saja masih ada sebagian pihak yang tak setuju politikus seperti itu disebut "Politikus Kelas Kambing".
Entah apa sebutan yang lebih tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H