Amien Rais diserang?
Pernyataan apa lagi yang dikeluarkannya sehingga Amien Rais diserang bertubi-tubi?
Hal yang biasa sebenarnya jika Amien Rais diserang oleh lawan politiknya, sebab ia pun cukup sering melakukan hal yang sama.Â
Amien Rais diserang setelah mengatakan "Pemimpin Sontoloyo".
Tak butuh waktu lama, Amien Rais diserang seketika, juga diminta untuk mengatakan siapa "Pemimpin Sontoloyo" yang dimaksudnya tadi.
Setidak-tidaknya ada dua kelucuan di sini.
Pertama, Amien Rais diserang setelah ada mengucap kata "Sontoloyo", sedangkan dirinya termasuk "Tokoh Reformasi". Kesimpulan sederhananya, "Tokoh Reformasi" atau bukan, tidak masalah menyebut kata "Sontoloyo", begitupun jika ada yang mengatakan "Tokoh Reformasi Sontoloyo".
Kedua, Amien Rais diserang, kemudian diminta untuk menyebut siapa "Pemimpin Sontoloyo" itu, sementara yang memintanya tadi tahu ada pasal-pasal yang berkait dengan pencemaran nama baik, fitnah dan sejenisnya.
Kalau mau fair, pasal-pasal tadi ditiadakan, jika menyangkut masalah politik. Dengan demikian, bukan hanya Anggota Dewan saja yang memiliki kekebalan terhadap pasal-pasal tadi ketika mengeluarkan pernyataan politiknya.
Selama pasal-pasal tadi masih ada, politikus yang bukan Anggota Dewan akan terus begitu. Maksudnya terus perbaba dan gazebo seperti Amien Rais, dan juga Prabowo.
"Saya lihat muka elit Jakarta penuh tipu", begitu antara lain kata Prabowo di sini. "Siapa elit itu? Elit itu pimpinan. Saya juga elit. Bedanya saya elit sadar, sudah tobat dan setia."
Tidak disebut dengan jelas siapa elit Jakarta tadi, malah mengklaim dan memuji dirinya sendiri. Ujung-ujungnya perbaba (pernyataan basa-basi) dan gazebo (gak zelas bo).
Bandingkan dengan yang satu ini.
"Ini Kementerian Agama bangsat, Pak, semuanya, Pak!" ujar Anggota Dewan di sini.
Amien Rais dan Prabowo tidak memiliki kekebalan seperti Anggota Dewan tadi, makanya tidak perlu heran banyak perbaba dan gazebonya.
Sontoloyo, kemudian Amien Rais diserang dan diminta untuk menyebut siapa "Pemimpin Sontoloyo" itu, sementara yang meminta tahu ada pasal pencemaran nama baik, fitnah dan sejenisnya.
Politikus itu seperti badut saja, banyak perbaba dan gazebo. Menuduh pihak lain sontoloyo, tidak becus, tapi ujung-ujungnya mengklaim dan memuji dirinya sendiri.
Pantas ada pelawak yang khawatir periuk nasinya direbut oleh politikus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H