Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Salah, dan Kesalahannya Cukup Fatal?

3 Mei 2018   21:58 Diperbarui: 4 Mei 2018   04:25 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi salah?

Meski masih berupa sebuah pertanyaan, tapi tidak tertutup kemungkinan ada sebagian pihak yang sudah mengambil ancang-ancang untuk mengungkapkan kegembiraannya dengan senyum manis yang berkembang di bibir nan merah.

Kegembiraan sebagian pihak tadi bisa saja mendatangkan sebuah inspirasi, kemudian melahirkan sebuah puisi gazebo. 

Hal yang wajar dan biasa saja. Gembira, inspirasi datang, dan tercipta sebuah puisi gazebo (gak zelas bo).

Jokowi salah, tanda-tanda alam telah menunjukkan
Jokowi salah, kemenangan itu sudah di depan mata
Jokowi salah, ganti presiden mendekati kenyataan
Jokowi salah, tingkatkan produksi kaus sekarang juga

kami butuh kaus warna pelangi (hueeek)
bukan kaus yang tak dicuci tiga hari (hueeek)

Jokowi salah, tapi di mana salahnya?

Menurut berita di sini, Presiden Jokowi memberikan motivasi kepada siswa-siswi OSIS SMA berprestasi se-Indonesia yang hadir di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/5/2018).

Ada yang ingin jadi gubernur, bupati, walikota atau menteri, silakan. Ingin jadi dokter atau pengusaha, silakan. Ada yang ingin jadi presiden? Silakan, begitu motivasi Presiden Jokowi.

Namun Presiden Jokowi pun mengingatkan, untuk mencapainya dibutuhkan sebuah perjuangan, tidak bisa bermanja-manjaan atau bermalas-malasan. 

Di sinilah Jokowi salah, dan kesalahannya pun cukup fatal, khususnya bagi mereka yang ingin jadi presiden?

Jangan manja dan malas serta butuh perjuangan sekuat tenaga, Presiden Jokowi masih benar. Tapi semua itu percuma saja, jika tidak cukup dukungan politik dari parpol supaya bisa menjadi capres, dan juga menang Pilpres, baru bisa jadi presiden.

Maka dari itu, tidak mengherankan jika ada ketua umum sebuah parpol rajin wara-wari dan berjuang sekuat tenaga untuk mengemis, maksudnya meminta dukungan parpol, padahal cita-citanya bukan presiden, hanya wakil presiden.

Artinya lebih berat lagi perjuangannya kalau ingin jadi presiden, antara lain bentuk posko-posko sukarelawan yang banyak, modal - ada yang mengatakan logistik - pun tidak sedikit agar parpol tertarik untuk memberikan dukungan politiknya. 

Bila perlu bakal capres itu sambil telanjang dada mendatangi parpol-parpol demi mendapatkan dukungan politik tadi. Bukan hanya telanjang dada, tapi perut juga terlihat (udel tidak, soale kecil sih).

Jelas Jokowi salah, dan kesalahannya cukup fatal karena tidak menyebutkan dibutuhkan dukungan parpol yang cukup jika ingin jadi presiden.

Tapi terlepas ada yang setuju Jokowi salah atau sebaliknya, puisi gazebo di atas tadi sebaiknya jangan disebarluaskan karena di dalamnya ada hueeek...

kami butuh kaus warna pelangi (hueeek)
bukan kaus yang tak dicuci tiga hari (hueeek)

Artikel sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun