Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi Nasional Wacana Politik Kocak ala Srimulat Lainnya?

16 Maret 2018   07:28 Diperbarui: 16 Maret 2018   07:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koalisi Nasional? Tumbuhan apa lagi itu Koalisi Nasional?

Jika ada sebagian pihak yang mengira Koalisi Nasional adalah sejenis tumbuh-tumbuhan, maka perkiraannya tadi meleset jauh. 

Tapi jika ada sebagian pihak lagi yang menganggap Koalisi Nasional adalah wacana politik  kocak ala Srimulat lainnya, mungkin ada benarnya. Tumbuh satu, tumbuh seribu, tapi sekali lagi Koalisi Nasional bukan sejenis tumbuhan.

Saat ini yang berkait dengan Pilpres 2019 sudah menimbulkan beberapa wacana politik kocak ala Srimulat. Meski baru berbulan-bulan lagi Pilpres 2019 diselenggarakan, namun bukan menjadi halangan untuk menghadirkan wacana politik kocak ala Srimulat lagi.

Sebelumnya sudah ada tiga wacana politik kocak ala Srimulat, yaitu Prabowo Cawapres Jokowi, Poros Ketiga, dan Jokowi Capres Tunggal Pilpres 2019.

Memang ada benarnya juga pendapat sebagian pihak yang mengatakan politikus itu lebih lucu dari pelawak, bahkan ada yang mengatakan tak jauh berbeda dengan badut yang bisa membuat orang tertawa terpingkal-pingkal. Bukan hanya tertawa terpingkal-pingkal di tempat, tapi bisa membuat orang lain tertawa ngakak sampai guling-guling di ubin.

Wacana politik kocak ala Srimulat memiliki alasan, meski alasannya tadi cenderung perbaba (pernyataan basa-basi). Begitu juga dengan alasan keinginan terbentuknya Koalisi Nasional yang secara garis besarnya adalah "demi kepentingan nasional".

Bwa-ha-ha-ha...sebagian pihak pun tertawa terpingkal-pingkal, namun tidak tertutup kemungkinan ada sebagian pihak lainnya yang merasa terharu. Air matanya pun jatuh berlinang dan bercucuran.

Demi kepentingan nasional, oh yeaaah...kata sebagian pihak yang merasa terharu tadi. Mungkin saja saking terharunya lahirlah sebuah puisi yang bisa meraih hadiah Nobel, tapi hadiah Nobel tahun berapa sebaiknya jangan ditanya.

mataku berkaca-kaca dan tangisku pun langsung meledak
ketika kudengar ia mengatakan demi kepentingan nasional
gemuruh di dalam dada ini seperti gelombang yang mendesak
aku pun merasa terharu dengan ucapannya yang sedikit binal

demi kepentingan nasional, oh yeaaah...
demi demokrasi yang rasional, oh yeaaah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun