Presiden Jokowi tak tertandingi lagi, dan sudah bisa dipastikan akan menjabat sebagai presiden Republik Indonesia untuk kedua kalinya mengingat lawan-lawan politiknya sampai saat ini belum juga menunjukkan tanda-tanda yang meyakinkan mampu mengalahkannya pada Pilpres 2019 nanti.
Elektabilitas Presiden Jokowi pun masih tetap teratas dan unggul jauh dibanding bakal kandidat presiden lain yang dianggap oleh sebagian pengamat politik dapat mengganggu mulusnya langkah Jokowi untuk menduduki kursi nomor satu.Â
Pun Jokowi tak tertandingi terkait elektabilitasnya. Media dituding sebagai biang kerok atas tingginya elektabilitas Presiden Jokowi karena sering memberitakannya, termasuk hal yang remeh temeh, padahal sudah biasa atau bukan yang sesuatu yang aneh dan baru. Negara lain pun medianya melakukan hal yang sama. Justru yang patut dipertanyakan adalah mengapa lawan-lawan politik Jokowi tidak mampu melakukannya? Bikin kek sesuatu yang remeh temeh, kemudian media meliputnya. Tapi ada kemungkinan sudah dilakukan, namun media malas memberitakannya, atau dianggap bukan sesuatu yang menarik untuk dijadikan berita.
Prabowo Subianto yang merupakan lawan beratnya pada Pilpres 2014 lalu pun elektabilitasnya masih rendah, bahkan ada yang menganggapnya tidak layak untuk ikut Pilpres 2019, tapi hanya sebagai king maker saja.
Tapi siapa yang mesti dielus-elus jika Prabowo jadi king maker? Apakah elusannya cukup mantap untuk mengalahkan Jokowi? Bagaimana kalau elusannya kurang mantap, dan bakal kandidat presiden yang dielus justru tertidur?Â
Ada pula lembaga survey yang mengatakan Anies Baswedan bisa dielus seandainya Prabowo jadi king maker. Entah apa dasarnya nama Anies Baswedan dimasukkan sebagai bakal kandidat presiden, padahal banyak pihak yang mengatakan ia hanya "menang kebetulan" saja pada Pilkada DKI 2017 lalu. Elektabilitasnya pun masih rendah. Ada yang mengatakan kalau dielus-elus nanti bisa meningkat, tapi bagaimana kalau elektabilitasnya justru makin tidur atau malah turun setelah dielus?
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo pun ada yang menjagokannya sebagai bakal kandidat presiden, tapi pendapat tadi dianggap terlalu berlebihan, karena Gatot Nurmantyo diasumsikan sudah "masuk kotak", bahkan untuk cawapresnya pun tidak ada kandidat presiden yang akan meliriknya.
Maka dari itu, Pilpres 2019 nanti tidak lagi seseru Pilpres 2014, atau dianggap anti klimaks.
*****
Artikel Politik Lainnya:
- Elektabilitas Prabowo Turun
- Benarkah Prabowo Capres?
- Politikus Senior Gazebo
- Jokowi di Atas Angin
- Prabowo Masih Berpikir?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H