Barcelona merana dan terhina pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2012-13 di Stadion San Siro beberapa hari yang lalu. Tuan rumah AC Milan berhasil menundukkan tamunya dengan skor akhir 2-0.
Benarkah Barcelona sudah habis, dan tiki-taka tidak lagi menggigit karena sudah ditemukan formula canggih untuk mengantisipasinya?.
Kemenangan minimal dengan selisih 3 gol pada leg kedua di Camp Nou memang tugas berat bagi Barcelona untuk mewujudkannya, tapi bukan mustahil. Bila kita tarik beberapa tahun ke belakang, Liverpool tidak butuh 90 menit untuk mencetak 3 gol ke gawang Milan di final Liga Champions 2005. Tertinggal 3 gol di babak pertama Liverpool berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 di babak kedua.
Tiki-taka hanya sebuah sistim. Peran manusia di belakang atau yang menjalankan sistim itu jauh lebih penting. Keberhasilan Milan mengalahkan Barcelona, di samping Milan bermain bagus dengan pertahanan yang ketat, Barcelona sendiri bermain buruk seperti diakui oleh Gerard Pique,
"Ini hasil yang sangat buruk. Kami bermain buruk dan tak bisa beralasan apa pun. Ketika lawan mencetak gol pertama, kami kehilangan kontrol permainan".
Sedangkan Iniesta lebih menitikberatkan pada kreatifitas yang tidak berkembang, "Kami kurang segar dalam hal ide. Mereka menempatkan diri dengan baik di lapangan".
Terlalu dini mengatakan Barcelona sudah habis, tapi terlalu cepat juga mengatakan Barcelona mampu mengulangi keberhasilan Liverpool menjebol gawang Milan 3 gol hanya dalam waktu 45 menit.
Meski permainan Barcelona di leg kedua nanti jauh lebih baik dibanding saat bertandang ke San Siro, mencetak 3 gol ke gawang Milan bukan perkara mudah.
Barcelona butuh kehadiran dewi fortuna untuk lolos ke babak berikutnya.
Akankah dewi fortuna hadir dan tersenyum di Stadion Camp Nou?.
Jika hadir, kepada siapa dewi fortuna akan tersenyum mengingat ada dua kesebelasan yang bertanding saat itu.