Tukang loak menurut KBBI online diartikan pedagang yang memperjualbelikan barang-barang bekas. Ingatan saya tentang tukang loak ini cari untung yang sebesar-besarnya. Apapun barang bekas yang dibelinya, dijual jauh di atas harga pembelian. Kebangetan, belinya cuma seribu perak, jual lima ribu perak, misalnya.
Kalau nawar tekan harga sampai dasar, giliran jualnya selangit sambil memuji-muji barang dagangannya. Wajar saja, namanya juga orang jualan.
Saking memuji setinggi langit barang jualan atau dagangannya dikenal istilah atau ucapan, "Mana ada tukang loak yang jelek-jelekin barangnya sendiri?".
Istilah atau ucapan ini sepertinya cocok digunakan dalam suasana Pemilu 2014.
Hiruk pikuk Pileg sudah lewat, tukang loak untuk itu sudah berlalu. Sekarang masanya menuju Pilpres yang beberapa bulan lagi akan diselenggarakan. Tukang loak pun mulai memuji-muji barang jualannya, dalam hal ini bakal capres yang akan menjadi capres, kemudian bertarung untuk memperebutkan kursi RI nomor satu.
Kecap tidak ada nomor dua, tiga, empat dan seterusnya. Yang namanya kecap atau ngecap selalu nomor satu. Tukang loak ahlinya dalam hal ini. Tidak heran segala puja-puji untuk gacoan bakal capres atau capresnya nanti setinggi langit, atau seperti tidak ada cacat barang jualannya.
Inga-inga!.
"Mana ada tukang loak yang jelek-jelekin barangnya sendiri?".
Pembeli atau pemilih barang jualan itu nantinya kecewa karena merasa harganya terlalu tinggi, tapi kenyataannya tidak sesuai dengan kualitas barangnya, seharusnya tidak perlu heran atau kecewa. Tukang loak, pun tukang loak politik itu pedagang atau orang yang memperjualbelikan barang-barang bekas.
Barang bekas cenderung kualitasnya rendah.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H