Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jokowi Sok Galak

19 November 2014   15:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Jokowi menaikkan harga BBM bersubsidi mendapat pujian dari mereka yang setuju. Menurut penilaian mereka yang setuju tadi merupakan sebuah keputusan yang tegas, berani mengambil langkah yang tidak populer, bla bla bla. Tegas, mungkin tidak sedikit pihak yang menganggapnya galak ketika Jokowi mengatakan supaya kapal-kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia ditenggelam saja untuk memberikan efek jera. "Nggak usah tangkap-tangkap, langsung saja tenggelamkan. Tenggelamkan 10 atau 20 kapal, nanti baru orang mikir," kata Jokowi DI SINI. Saya terbelalak tak percaya. Salah tuliskah media?. Mungkin 300 milyar, bukan 300 trilyun setahun, tapi Jokowi sendiri yang menyebut 300 trilyun setahun kerugian dari sektor perikanan gegara nelayan dan kapal asing itu. Jika memang sebesar itu kerugiannya, wajarlah apabila kegeraman itu mencuat. Kerugian negara yang diperkirakan hanya  6, 7 trilyun rupiah dari kasus Bank Century saja ributnya minta ampun, dan tidak sedikit pihak yang geram. Mosok kerugian hingga 300 trilyun setahun masih adem ayem?. Perlu tindakan yang tegas, keras dan tanpa cipika-cipiki (kompromi). Tapi tak lama kemudian saya menepok jidat saya sendiri...pletak!. Setelah terkesan tegas dan galak tadi, Jokowi mengatakan sebelum ditenggelamkan nelayan-nelayan asingnya diselamatkan terlebih dahulu karena tak ingin membuat banyak negara-negara lain protes. Masih saja ada cipika-cipiki itu. Sebutan nelayan di depan kata nelayan asing seharusnya gak ngaruh, pencuri adalah pencuri, pencuri tetap pencuri. Pencuri?. Jika bangsa sendiri yang melakukan korupsi puluhan milyar sudah layak disebut perampok, mosok nelayan asing yang merugikan hingga 300 trilyun setahun cuma disebut pencuri?. Mosok tidak layak ditenggelamkan juga?. "Jadi rame nanti negara lain," seloroh Jokowi. Cuma seloroh. Jadi masih ada kemungkinan nelayan asing perampok 300 trilyun setahun itu ditenggelam juga bersama kapalnya setelah diberi peringatan.

******

sumber berita dan gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun