Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dugaan Ruhut Sitompul dan Fadli Zon

20 Desember 2014   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:52 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan presiden SBY masih mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia, termasuk gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah, dan SBY merasa disalahkan atau dijadikan "kambing hitam" atas situasi ekonomi saat ini.

Ruhut menduga ada yang ingin mengadu domba antara presiden Jokowi dan SBY.

"Yang menyalahkan Pak SBY ini pasti pihak ketiga yang mau mengadu domba. Dia mau merusak hubungan baik Pak SBY dengan Jokowi," kata Ruhut DI SINI.

Cem mana pula dengan dugaan Fadli Zon?.

Terakhir saya baca berita dugaan Fadli Zon berkaitan dengan rencana Menteri BUMN Rini Soemarno yang ingin menjual gedung kementerian BUMN.

Dugaan Fadli Zon, setelah menjual gedung kementerian, BUMN pun akan dijual, dan dugaan tersebut tersirat dalam kata “ jangan-jangan “.

Saya sudah berusaha mencari berita tentang dugaan Fadli Zon terkait terpuruknya nilai mata uang rupiah, dan kaitannya dengan kesalahan pemerintahan SBY selama 10 tahun, maupun pemerintahan Jokowi saat ini, tapi tak jua menemukan.

Meski tidak menemukan berita tentang dugaan Fadli Zon, dan hanya mendapat dugaan Ruhut Sitompul saja, saya tidak kecewa. Untuk apa?.

Saya pun tahu, bukan hanya Ruhut Sitompul dan Fadli Zon saja yang boleh menduga di dunia ini. Pembaca yang baik hati dan tidak sombong pun boleh.

Dugaan apa yang ada di benak pembaca saat ini setelah membaca tulisan ngalor ngidul yang membahas dugaan Ruhut Sitompul dan Fadli Zon serta merosotnya nilai mata uang rupiah yang dikaitkan dengan SBY dan Jokowi?.

Jika dugaan itu mengatakan sebentar lagi akan ada trik dan problem catur yang sederhana, saya kabulkan dugaan itu dengan hati yang riang gumbira.

1419049314971040673
1419049314971040673


  • Mungkin ada yang menduga putih akan sulit menemukan langkah kemenangannya, meski saat ini putih sedang giliran melangkah.
  • Benarkah?.
  • Mf5xKf6!
  • Jika hitam g7xMf6, putih Ba3-g3+, kemudian Gh4xf6+.
  • Next.

14190495511397090841
14190495511397090841


  • Posisi Raja dan Menteri hitam menyedihkan.
  • Makdarit, putih yang giliran melangkah tidak mengalami kesulitan dan kerumitan yang berarti untuk menemukan langkah kemenangannya.
  • Bf5-g5+ ... Ge7xBg5
  • f4-f5+

1419049776880574373
1419049776880574373

Mudah, bukan?. Tidak sulit dan rumit, bukan?.

Selama ini masih banyak yang menduga catur itu sulit dan rumit, bahkan bukan sekadar menduga saja, tapi sudah menuduh. Saya katakan dengan hati yang riang gumbira bahwa dugaan maupun tuduhan itu tidak benar!.

Di samping itu setiap langkah dalam permainan catur perlu perhitungan, bukan dugaan maupun tuduhan, dan perhitungannya harus dilakukan secara matang, jika tidak ingin menyes (maksudnya menyesal) dengan kekalahan yang menyedihkan.

14190502051094181434
14190502051094181434


  • Masihkah ada yang menduga trik dan problem catur ini sulit dan rumit?.
  • Menuduh trik dan problem catur ini bikin kepala makin botak dan peang?.
  • Dugaan maupun tuduhan itu salah.
  • Mudah saja, tidak sulit dan rumit menemukan langkah kemenangan hitam.
  • Md7-h7!

14190504771631013821
14190504771631013821


  • Menteri hitam jadi tumbal.
  • Meskipun demikian, tak perlulah saya jelaskan panjang dan lebar mengapa Menteri hitam dikorbankan, sebab penggemar catur yang baik hati dan tidak sombong sudah tahu langkah hitam selanjutnya, jika putih Gg6xMh7.
  • Tapi saya tidak tahu mengapa trik dan problem catur di sini - " Ahok Dibilang Bodoh " - belum juga ada yang bisa menjawabnya.


Gens Una Sumus.

*****

sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun