[caption caption="Gambar: zonapendidikandotcom"][/caption]
Umumnya kita beranggapan kesurupan tuh terjadi karena adanya roh-roh tertentu yang masuk atau menghinggapi dan menguasai seseorang. Dari istilahnya itu saja sudah menunjukan bahwa memang seperti itu lah pemahamannya masyarakat kita pada umumnya tentang kasus-kasus kesurupan. Surup kan artinya masuk. Atau, tenggelam kedalam sesuatu. Yang masuk atau yang tenggelam itu dipersepsikan sebagai roh. Dan sesuatu dimana roh itu menenggelamkan dirinya dipersepsi sebagai tubuh atau dirinya manusia.
Tapi betulkah begitu? Kalau menurut pengalaman saya sih tidak persis seperti itu lah. Biasanya, orang yang kesurupan itu adalah orang yang ketika kesurupan itu terjadi sedang dalam keadaan banyak masalah atau sedang dalam ketertekanan mental (pikiran) dan emosi. Ketertekanan mental dan emosinya itu berada di luar batas daya tahan mental dan emosinya. Batasan daya tahan mental dan emosinya itu terdobrak oleh tekanan-tekanan mental dan emosi yang berlangsung ketika itu.Â
Kesadaran jiwanya langsung jebol. Tak terkontrol lagi perbuatan-perbuatan atau sikapnya. Bisa jerit-jerit sepulah hari sepuluh malam tuh kalau daya tekanannya sangat besar dan tidak cepat hilang atau menurun. Seolah, orang yang bersangkutan itu sudah bukan lagi dia yang biasanya. Dan munculah dugaan atau persepsi, orang itu kemasukan setan atau roh-roh halus yang sudah meninggal atau roh-roh penunggu tempat-tempat keramat/angker. Opini massa makin tak jelas.Â
Jauh dari yang sebenarnya terjadi. Pakai bumbu ini itu biar semakin seru dan heboh ceritanya. Padahal, itu hanya tentang orang yang sedang tertekan sekali kejiwaannya oleh berbagai masalah atau oleh berbagai keadaan yang disaksikannya. Bukannya berusaha pada nyembuhin dan nolongin meringankan beban atau tekanan-tekanan jiwanya, eh ini mah malah diopinikan yang tidak-tidak :) Gimana sih!
Jadi, bukan karena ada roh yang masuk? :) Kalau dibilang ada ya bisa dibilang ada. Tapi kalau dibilang tidak ada juga yamemang  tidak ada roh dari luar yang masuk :)) Begini kejadiannya. Roh  alam sadarnya tertekan masuk ke alam roh bawah sadarnya :)) Jadi aja kehilangan roh sadarnya! :))Â
Kalau kita sering mengamat-amati diri kita, tentu kita akan tahu bahwa ada bagian, atau katakan lah ada sisi dari diri kita yang tidak selalu dapat kita sendiri ketahui atau pahami dengan mudah, seperti kalau kita memahami hal-hal yang berlangsung di luar sana. Nah, bagian atau sisi dari diri kita yang tidak selalu bisa kita ketahui atau pahami bahkan oleh diri kita sendiri itulah yang disebut atau dimaksud alam roh bawah sadar kita.Â
Adanya alam roh bawah sadar kita itu ya di diri kita sendiri, bukan di luar sana :) Nah, kalau karena sesuatu hal (utamanya karena adanya tekanan-tekanan di mentalitas dan emosionalitas kita) pintu pembatasnya terbuka atau jebol, maka segala yang ada di alam roh bawah sadar kita itu akan nyeruak keluar dan serta merta bisa mempengaruhi atau bahkan menguasai alam roh sadar kita.
Pada keadaan yang demikian, otak kita tidak akan lagi bisa bekerja sesuai perintah pikiran sadar kita. Otak dan seluruh sistem kerja tubuh kita otomatis akan bekerja diluar kontrol pikiran sadar kita lagi. Berputar-putarannya bola mata, mangkem dan mangapnya mulut kita, pergerakan tangan dan kaki kita, dan semua gerakan anggota badan kita lainnya berada dalam kuasa atau kendali alam roh bawah sadar yang begini begitunya tidak mudah kita pahami itu.Â
Sehingga orang lain yang melihatnya pun tentu akan tidak memahami dengan mudah kenapa kita berbuat hal yang tidak biasanya kita lakukan. "Wah, jangan-jangan kerasukan nih orang?!" Begitu kata para penonton :)
Nah, kalau sudah begini, jadi siapa penyebabnya? Apakah roh-roh nenek moyang kita yang sudah lebih dulu meninggal itu atau akibat kesalahan dan kelemahannya daya tahan kita dalam menjaga agar alam roh bawah sadar kita tidak jebol dan terbuka hingga hampir semua isinya pada nongol keluar ke alam sadar? :) Hayoo, siapa yang salah? Masih mau nyalahkan dan ngambing hitamkan roh-roh dari yang sudah pada meninggal? :) Mikir! (Cak Lontong mode on)
Dah ah, sekian. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H