Mohon tunggu...
Ajuba Kamalia Niswa
Ajuba Kamalia Niswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hi guys

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menerapkan Perilaku Tabayyun dalam Bermedia Sosial

14 November 2022   16:40 Diperbarui: 14 November 2022   16:40 2820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tabayyun semakin dibutuhkan di era millenial terkait informasi yang belum terbukti kebenarannya. Tabayyun merupakan istilah di dalam agama islam yang merujuk pada suatu sikap yang bisa diambil oleh seseorang tentang suatu informasi yang benar dan sesuai fakta. Perintah tabayyun merupakan peringatan, jangan sampai umat islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusan yang tidak didahului dengan tabayyun, yang bisa mencelakakan dan merugikan orang lain. 

Istilah tabayyun adalah bentuk tidak baku dari tabayyun. Asal arti tabayyun adalah dari akar kata dalam bahasa arab tabayyana-yatabayyanu-tabayyanan. Dalam buku berjudul kamus Arab-Indonesia oleh Ahmad Warson Munawwir, dijelaskan arti tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas kebenarannya. Jadi pengertian tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainnya hingga jelas benar permasalahannya. 

Pada era millenial sekarang ini, media sosial bisa terbilang dampak negatifnya lebih besar. Contohnya sebagai berikut : 

(1) untuk melakukan ghibah, fitnah, namimah (adu domba), dan menyebarkan permusuhan.

(2) melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku, ras, atau antara golongan.

(3) menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti informasi tentang kematian orang yang masih hidup.

(4) menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syar'i.

(5) menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya. 

Sungguh begitu mirisnya masyarakat saat ini dalam menggunakan media sosial. Lalu bagaimana cara kita untuk menyikapi fenomena yang menghiasi media sosial dan semua itu merupakan hal yang tidak pantas. 

Dalam kondisi seperti ini, kita sebagai masyarakat bisa menyikapi dan merumuskan bagaimana penggunaan media sosial secara santun dan beradab. Salah satunya dengan cara tabayyun (cek dan ricek), dalam QS Al-Hujarat ayat 6 disebutkan panduan bagaimana etika serta tata cara menyikapi sebuah berita yang kita terima. Ada dua hal yang patut dijadikan perhatian terkait ayat tersebut yaitu : pembawa berita yang perlu di-tabayyun dalam pemberitaannya adalah orang fasiq. Yaitu orang yang aktivitasnya diwarnai oleh pelanggaran agama. Sedangkan menyangkut isi berita sangat penting untuk mengkaji kebenarannya, pemilihan informasi dan budaya literasi merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan, oleh karena itu dalam berbagi berita harus menyelidiki legitimasinya secara menyeluruh terlebih dahulu. Dalam membuat opini harus dengan jujur, didasarkan atas bukti dan fakta, lalu diungkapkan dengan tulus. Yang kedua adalah haram menyebarkan fitnah dan kebencian, dengan ini kita harus bermuamalah melalui media sosial. 

Ketiga yaitu menjamin dan mengatur kebebasan dalam ber ekspresi yang sebagaimana telah diatur pada undang-undang yang berkaitan dengan kebebasan berbicara, kemerdekaan meyatakan pendapat, kemerdekaan pers dan penyiaran serta kebebasan berkomunikasi melalui media dalam jaringan (online). Kebebasan berpendapat sering kali disalahgunakan untuk membuat fitnah, opini palsu, dan menebar kebencian yag sering dibicarakan melalui media sosial. Jadi, kebebasan berekspresi yang digunakan untuk mengumbar kebencian dan permusuhan dilarang dalam islam. Ada batasannya juga ada aturannya dalam hukum dan moral terhadap kebebasan tersebut. Dengan demikian sudah jelas bahwa etika bermedia sosial sangat berkaitan dengan pentingnya penerapan tabayyun sebelum membenarkan dan menyebarluaskan informasi atau suatu berita. Karena bisa berdampak negatif bagi seseorang contohnya adalah penyakit sakit hati. 

Tidak semua manusia kuat dengan berbagai cacian dan makian pada media sosial, jika hal tersebut sampai berpengaruh pada mental dan psikis manusia, hal itu akan menimbulkan dampak negatif bagi seseorang tersebut. Ia bisa mengalami stress bahkan bisa sampai memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Maka sebagai warga masyarakat kita harus pandai-pandai dalam menggunakan media sosial, jangan sampai menimbulkan hal-hal negatif yang nantinya akan merugikan diri sendiri maupun orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun