Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menggugat Jokowi

22 Maret 2024   15:54 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:02 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inpres tersebut merupakan upaya negara untuk memenuhi hak korban atau ahli warisnya maupun pihak-pihak yang terdampak atas peristiwa pelanggaran HAM Berat termasuk kasus tragedi nasional 1965.

Jokowi juga tidak menciptakan rentang perlawanan terhadap dirinya yang panjang. Dalam waktu pendek, terjadi perubahan 180 derajat. Dan para aktivis yang menentang Orde Baru hingga 1998 sebagian kini juga berdiri di barisan Jokowi dengan lebih menekankan pada isu kesejahteraan sosial dan hilirisasi industrialisasi.

Bila di masa 1998, para aktivis penentang  tirani bisa menarik dukungan dan mendorong elit politik seperti Deklarasi Ciganjur: Sri Sultan, Gus Dur dan Megawati, kini tak ada tokoh yang sebanding. Megawati yang kini diharap, telah kehilangan momentum sebab Megawati sendiri ketika berkuasa tidak banyak berbuat untuk penegakan demokrasi dan HAM. Justru Megawati telah turut melegitimasi Prabowo Subianto untuk kembali ke panggung politik Indonesia dengan menjadikannya pasangan sebagai calon wakil presiden pada pemilu 2009.

Gerakan penentang hari ini adalah seperti gerakan kanak-kanak. Ketika Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) menuntut KPU diaudit menyeluruh karena curang, tak banyak yang bergerak  mendukung, termasuk partai besar seperti PDI-Perjuangan. PRIMA menerima dengan legawa walau ada kesempatan untuk menunda pemilu setelah memenangkan gugatan serta-merta di Pengadilan Negeri. Karena itu tidak dewasalah,  bila setelah kalah, berteriak-teriak curang secara terstruktur, sistematis dan massif.

Sebaiknya kita terima Demokrasi di bawah Jokowi ini sebagai pelajaran selama lembaga-lembaga demokrasi dan sarananya seperti Pemilihan Umum  tetap ada. Kita bertarung selayaknya seorang demokrat. Pemilu 2029, bisa menjadi batu uji.

Kini, kita fokus kembali pada pembangunan negeri. Biarlah Kabinet mendatang di bawah Prabowo-Gibran bekerja mewujudkan visi dan misinya. Para penentang bisa berperan sebagai oposisi. Begitulah berdemokrasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun