Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ilmu Debat di Panggung Debat

12 Februari 2024   20:17 Diperbarui: 12 Februari 2024   20:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ilmu Debat untuk berdebat di panggung debat itu penting dan perlu dipelajari.  Debat ke-empat yang diikuti para Calon Wakil Presiden: Muhaimin Iskandar, Mahfud MD dan Gibran Rakabuming Raka penuh warna dan siasat.

Kelihatan betul bahwa Gibran memaksimalkan potensi ilmu atau cara berdebat yang tidak normatif sebagaimana gaya yang ditampilkan Muhaimin dan Mahfud MD. Kecenderungan normatif dari Muhaimin dan Mahfud MD mungkin bisa dipahami karena semakin tua sementara kecenderungan Gibran yang terkesan nakal, jahil dan teatrikal karena kemudaannya. Gibran "menjahili" Muhaimin dengan penggunaan botol plastik sementara menurut Gibran, Muhaimin berbusa-busa berbicara pro lingkungan, bahkan gaya Muhaimin pun dikomentari, yang menurut Gibran, Gus Muhaimin lebih relax dan santai daripada pertemuan sebelumnya, yang kelihatan tegang.

Pada pertemuan sebelumnya bahkan Gibran menggunakan serangan ironis pada Muhaimin yang dianggap plin-plan karena menolak pembangunan IKN hanya karena berganti pasangan. Serangan Gibran yang mematikan ditujukan pada Muhaimin adalah dengan gaya"seharusnya dia tahu" atau "mestinya tahu" berdasarkan ruang lingkup dan historis epistemologis yang dimiliki. Kalau dalam menulis gaya ini justru sering dipakai untuk menutupi kekurang-pengetahuan sang penulis yaitu dengan ungkapan seperti: "Pada umumnya orang tahu",  "semua orang tahu" atau "Sudah menjadi pengetahuan umum" .   Dua kali setidaknya metode ini digunakan Gibran untuk membuat Muhaimin tampil "bodoh" di panggung debat. 

Yang pertama, pertanyaan soal SGIE.  Kebanyakan orang fokus pada pertanyaan singkatan itu saja yang dianggap sebagai jebakan, sebagaimana pertanyaan singkatan yang pernah digunakan Jokowi pada Prabowo soal TPID. Gibran lebih dari itu, bukan sekadar singkatan dan jebakan tapi memberitahu lebih dahulu ke Gus Muhaimin dan publik, penonton panggung debat bahwa Cak Imin ini seharusnya atau semestinya tahu.   Gibran sebelum bertanya pada Muhaimin  membuat pengantar demikian: "Karena Gus Muhaimin ini adalah Ketua Umum PKB, saya yakin sekali Gus Muhaimin paham sekali untuk masalah ini." Gus Muhaimin berusaha berpikir karena sebelumnya ia dianggap tahu bahkan paham sekali tetapi kenyataannya dia tidak tahu dan terpaksa berkata dan bertanya dengan  begitu polosnya: "Terus terang SGIE, saya tidak paham. SGIE itu apa?"  Bahkan Muhaimin memberi keterangan bahwa dirinya tidak pernah mendengar istilah SGIE sementara dia sudah dikasih predikat sebagai Ketua Umum PKB yang dianggap dekat dengan komunitas Islam dan per-syariah-an. Di sini, Gus Muhaimin seakan tidak sadar bahwa dia berada di panggung debat yang setiap penonton panggung debat dengan tingkat pengetahuan masing-masing bisa memberikan penilaian. Dalam Ilmu Debat, seperti Retorika apa yang disampaikan Gus Muhaimin ini fatal karena dia yang dianggap tahu ternyata tidak tahu. Seharusnya Gus Muhaimin bisa berdiplomasi sedikit misalnya dengan menyatakan "Barangkali pertanyaan Anda salah...bla-bla-bla."

Yang kedua, pertanyaan soal LFP. Lagi-Lagi orang fokus pada singkatan yang sudah diperjelas Gibran dengan kepanjangannya. Pada pertanyaan ini pun Gibran memberitahu lebih dahulu ke Gus Muhaimin dan publik alias penonton panggung debat bahwa Cak Imin ini seharusnya atau semestinya tahu karena dalam Tim Gus Muhaimin sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate. Kata Gibran sebelum bertanya singkat:  "Gus Muhaimin Paslon no 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate. Saya nggak tahu paslon no 1 ini anti nikel atau gimana?" Lagi-lagi Gus Muhaimin berpikir mengambil jeda tapi pun terbata-bata mengeja dan memanjangkan LFP yang masih harus dibantu  Gibran. Situasi ini menjelaskan bahwa Gus Muhaimin tidak tahu apa itu LFP: Lithium Ferro Phosphate sementara Gibran sudah mengunci bahwa seharusnya tahu karena tim suksesnya sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate.

Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada Mahfud MD. Gibran memulai dengan pengantar bahwa Mahfud semestinya tahu karena seorang Profesor. Tapi yang terlontar pernyataan dari Mahfud adalah  pertanyaan receh Gibran yang tidak perlu dia jawab  walaupun sebenarnya kalau Mahfud tidak emosional,  dia juga bisa menjawab dengan cara-cara retoris. Tapi sikap Mahfud ini justru menimbulkan pengetahuan baru bagi Ganjar. Pada keterangan pers sesudah Debat, Ganjar mengatakan: "Baguslah karena untuk pertama kali saya kira Pak Mahfud menginspirasi:   ada pertanyaan yang harus dijawab tapi beliau sampaikan tadi,  ini pertanyaan nggak perlu dijawab dan itu menginspirasi saya melihat oya ya:  kadang kadang pertanyaan itu tidak perlu dijawab dan beliau sampaikan secara terbuka. Menurut saya  itu bagus untuk mengedukasi semuanya..."

Anehnya, pada Debat Capres Ketiga, Minggu 7 Januari 2024 yang lalu, yang mengambil tema: "Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi dan Geopolitik", Ganjar justru tidak mendapatkan inspirasi dari diamnya Prabowo yang seakan bersembunyi di balik kesakralan dan pentingnya menjaga rahasia Pertahanan Negara.  Bukankah dengan cara demikian Prabowo sudah mengajarkan ke Ganjar bahwa tidak semua pertanyaan perlu dijawab? Tapi  Ganjar dan juga Anies ngotot menuntut jawaban. Sementara itu  diamnya Prabowo bisa dinilai sebagai sikap patriotis.

Pada debat pamungkas, Minggu, 4 Februari bertema: "Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi", siasat berdebat di panggung debat tampak  lebih menonjol daripada memenangkan perdebatan tematik. Kompromi atas tema yang diperdebatkan lebih menonjol, terutama ditunjukkan oleh Prabowo Subianto.  Sasaran yang dituju,  lebih pada mendapatkan simpati dan empati para penonton debat.

Closing statement  Ganjar Pranowo pun tampak sebagai  upaya terakhir membikin distingsi dengan Prabowo Subianto  sambil bersikap  merangkul pada Anies Baswedan yang menawarkan perubahan untuk mengatasi segala ketimpangan  dan menganggap tidak ada Prabowo.  Ganjar seakan menawarkan pilihan untuk Rakyat: mengikuti jalan persatuan Prabowo  untuk kemakmuran rakyat atau pengadilan HAM yang ditawarkan Ganjar Pranowo untuk menuju Indonesia Unggul. Sampai pada konferensi Pers, Prabowo  tetap konsisten mengedepankan persatuan dan  kerukunan. Baik Anies Baswedan   maupun Ganjar Pranowo adalah  tetap saudara dan tidak terpancing pernyataan demarkasi yang keras dari Ganjar Pranowo;  malahan selayaknya orang timur, Prabowo  berendah hati memohon maaf  atas segala khilaf.

Akhir kata, rakyat jualah yang akan menjadi hakim. Semoga rangkaian Debat Capres dan Cawapres tersebut bisa menjadi bekal rakyat pada hari pencoblosan:  Rabu,  14 Februari 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun