Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jurus Gibran Membungkam Lawan Debat di Panggung Debat

5 Februari 2024   10:51 Diperbarui: 7 Februari 2024   03:10 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dua kali Debat Cawapres, kelihatan betul bagaimana Gibran memaksimalkan potensi ilmu atau cara berdebat yang tidak normatif sebagaimana gaya yang ditampilkan Muhaimin dan Mahfud MD. Pada pertemuan pertama bahkan Gibran menggunakan jurus serangan ironis pada Muhaimin yang dianggap plin-plan karena menolak pembangunan IKN hanya karena berganti pasangan.

Tetapi jurus  Gibran yang mematikan dalam debat adalah  jurus yang menyerang lawan dengan ungkapan "seharusnya dia tahu" atau "mestinya tahu" berdasarkan ruang lingkup dan historis epistemologis yang dimiliki. 

Kalau dalam menulis, jurus ini justru sering dipakai untuk menutupi kekurang-pengetahuan sang penulis yaitu dengan ungkapan seperti: "Pada umumnya orang tahu",  "semua orang tahu" atau "Sudah menjadi pengetahuan umum" .   Dua kali setidaknya metode ini digunakan Gibran untuk membuat Muhaimin tampil "bodoh" di panggung debat. 

Yang pertama, pertanyaan soal SGIE.  Kebanyakan orang fokus pada pertanyaan singkatan itu saja yang dianggap sebagai jebakan, sebagaimana pertanyaan singkatan yang pernah digunakan Jokowi pada Prabowo soal TPID. Gibran lebih dari itu, bukan sekadar singkatan dan jebakan tapi memberitahu lebih dahulu ke Gus Muhaimin dan publik, penonton panggung debat bahwa Cak Imin ini seharusnya atau semestinya tahu.   

Gibran sebelum bertanya pada Muhaimin  membuat pengantar demikian: "Karena Gus Muhaimin ini adalah Ketua Umum PKB, saya yakin sekali Gus Muhaimin paham sekali untuk masalah ini." 

Gus Muhaimin berusaha berpikir karena sebelumnya ia dianggap tahu bahkan paham sekali tetapi kenyataannya dia tidak tahu dan terpaksa berkata dan bertanya dengan  begitu polosnya: "Terus terang SGIE, saya tidak paham. SGIE itu apa?"  Bahkan Muhaimin memberi keterangan bahwa dirinya tidak pernah mendengar istilah SGIE sementara dia sudah dikasih predikat sebagai Ketua Umum PKB yang dianggap dekat dengan komunitas Islam dan per-syariah-an. 

Di sini, Gus Muhaimin seakan tidak sadar bahwa dia berada di panggung debat yang setiap penonton panggung debat dengan tingkat pengetahuan masing-masing bisa memberikan penilaian. 

Dalam Ilmu Debat, seperti Retorika apa yang disampaikan Gus Muhaimin ini fatal karena dia yang dianggap tahu ternyata tidak tahu. Seharusnya Gus Muhaimin bisa berdiplomasi sedikit misalnya dengan menyatakan "Barangkali pertanyaan Anda salah...bla-bla-bla."

Yang kedua, pertanyaan soal LFP. Lagi-Lagi orang fokus pada singkatan yang sudah diperjelas Gibran dengan kepanjangannya. Pada pertanyaan ini pun Gibran memberitahu lebih dahulu ke Gus Muhaimin dan publik alias penonton panggung debat bahwa Cak Imin ini seharusnya atau semestinya tahu karena dalam Tim Gus Muhaimin sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate. Kata Gibran sebelum bertanya singkat:  "Gus Muhaimin Paslon no 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate. Saya nggak tahu paslon no 1 ini anti nikel atau gimana?" Lagi-lagi Gus Muhaimin berpikir mengambil jeda tapi pun terbata-bata mengeja dan memanjangkan LFP yang masih harus dibantu  Gibran. Situasi ini menjelaskan bahwa Gus Muhaimin tidak tahu apa itu LFP: Lithium Ferro Phosphate sementara Gibran sudah mengunci bahwa seharusnya tahu karena tim suksesnya sering menggaungkan LFP: Lithium Ferro Phosphate.

Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada Mahfud MD. Gibran memulai dengan pengantar bahwa Mahfud semestinya tahu karena seorang Profesor. Tapi yang terlontar pernyataan dari Mahfud adalah  pertanyaan receh Gibran yang tidak perlu dia jawab  walaupun sebenarnya kalau Mahfud tidak emosional,  dia juga bisa menjawab dengan cara-cara retoris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun