Sugiarti Siswadi (SS) barangkali bukanlah pengarang dan penyair perempuan Indonesia yang cukup dikenal di Indonesia di antara deretan pengarang-pengarang perempuan yang cukup popular seperti N.H. Dini, Titie Said, S. Tjahjaningsih, Titis Basino, Erni Siswati Hutomo, Enny Sumargo, Mira W pun bahkan yang dikenal sebagai penyair perempuan seperti Isma Sawitri, Dwiarti Mardjono, Susy Aminah Aziz, Bipsy Soenharjo, Toeti Heeraty Noerhadi, Rita Oetoro...dan lebih makin tenggelam di antara deretan pengarang perempuan pasca kejatuhan Orde Baru yang anti demokrasi tahun 1998.Â
Sebut saja: Ayu Utami, Linda Christanty, Jenar Maesa Ayu... Padahal SS merupakan salah satu penyair perempuan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang cukup penting, barangkali bahkan penting yang masih hidup sampai tahun 1980-an awal dan menjadi pejuang yang disingkirkan rezim Orde Baru sebagaimana banyak pejuang dari sisi Kiri yang disingkirkan dan dibunuh pasca Peristiwa G 30 S 1965.
SS juga merupakan anggota Lembaga Sastra Indonesia (LSI) bersama dengan Rivai Apin, Bakri Siregar, Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, S. Rukiah...
Kumpulan cerpennya yang popular pada masa pergolakan anti imperialisme yang diserukan Bung Karno adalah "Surga di bumi: kumpulan tjerpen" (Lekra, 1960). Dari judulnya saja orang akan ingat syair Heinrich Heine, seorang Hegelian Kiri, yang diterjemahkan Yusuf Wibisono sehabis lawatannya ke negeri Russia, Uni Soviet (baca juga: Jusuf Wibisono, Bertamasya di Belakang Tabir Besi, Bulan Bintang, Jakarta, cetakan II 1981;96)
Sudah di sini di dunia ini
Kita mau ciptakan Sorga
Kita mau bahagia di Dunia
Ta' mau hidup kekurangan
Perut yang malas ta' boleh boroskan
Apa didapat tangan yang rajin
Makanan cukup tumbuh di Dunia