"Kalau aku pas dikuburan malam itu. Pasti deh aku ikut tuh menggilirnya. Habis betina banget sih Anisa itu."
"Bandel lagi. Udah dibilang jangan jalan sendirian malem-malem. E..nekad. Ya begitu akibatnya. Rasain, deh."
"Digilir kan juga nikmat."
"Pasti deh Anisa ikut goyang. Kayak Lena dulu."
***
Di sebuah biara tua, Anisa kini tinggal. Sudah sebulan ini ia menghirup udara yang sejuk di biara lereng bukit itu. Di biara tua itu ia dipanggil Elis. Ia berusaha melupakan Anisa dan memulai hidup baru: Anisa yang dahulu sudah mati ditelan malam bersama lelaki-lelaki itu. Nasibnya sebagai seorang perempuan yang bernama Anisa sudah dihabisi lelaki-lelaki pada malam gila itu.
Berapa lelaki? Elis sudah lupa tapi kenangan malam itu seringkali menjadi mimpi buruk. Ia tak bisa melupakan lelaki-lelaki itu yang satu-persatu memperkosanya. Pada malam seperti itu Anisa sering datang menjenguknya. Beberapa kali ia telah berhasil mengusirnya pergi.
Kini telapak kakinya sudah hapal menelusuri  lorong-lorong biara itu. Setiap pagi ia nampak bersemangat dan tenggelam dalam doa-doa. Oleh Muder Anna, ia dipasrahi menjaga kebersihan Kapel Santa Maria Magdalena.
"Maria Magdalena adalah seorang santa, perempuan kudus yang dulunya seorang pelacur, Elis," cerita Muder Anna suatu malam ketika ia duduk sendirian di Kapel Santa Maria Magdalena. "Ia kerasukan tujuh roh jahat. Tapi oleh kasih Tuhan Yesus, ia disembuhkan bahkan Maria Magdalena dalam seluruh sisa hidupnya kemudian justru menjadi sahabat Yesus yang paling setia. Dialah yang pertama kali menjadi saksi atas kebangkitan Yesus Kristus sebelum para murid laki-laki  yang dipilih Tuhan Yesus sendiri. Jangan takut dan kecil hati. Belajarlah pada Maria Magdalena."
Elis menangis malam itu. Bukan karena kisah mengharukan Maria Magdalena. Soalnya, Elis tak mengerti mengapa Muder Anna seperti tiba-tiba bercerita tentang Maria Magdalena yang pelacur. Hatinya tersayat-sayat dan teriris-iris. Ia terluka dan seperti menjadi tertuduh di hadapan Muder Anna. Air mata mengalir pelan di pipinya yang bersih. Ia ingin membantah Muder tapi tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Elis ingin berkata bahwa dahulu dirinya bukan pelacur; bukan pelacur yang ingin bertobat seperti Maria Magdalena.
"Soalnya malam itu, Muder!" Mulutnya terkunci. Hanya matanya yang gelisah bicara tapi Muder Anna tidak mengerti. Barangkali ia sendiri tidak sengaja bercerita tentang Maria Magdalena kecuali hanya untuk sekadar pengetahuan Elis yang kini menjaga kebersihan Kapel Maria Magdalena.