Jika aku ingin menangis
Aku tak ingin menangis di depanmu
Apakah aku tampak seperti perempuan murahan?
Yang menjajakan diri di jalanan, taman-taman dan alun-alun kota?
Setan apa yang ada di otakmu
Hingga kau jadikan aku barang taruhan?
Jika aku ingin menangis
Aku tak ingin menangis di depanmu
Begitu dinginkah hatimu
Dan kering air matamu?
Melihat aku ditelanjangi di depan umum?
Orang-orang tertawa mesum dengan wajah-wajah birahi
Kamu, yang kupikir mencintaiku
Dan kurelakan tubuh telanjangku untuk malam-malammu
Hanya membisu
Membuang muka
Oh para dewa, mengapa kamu kirimkan lelaki
Yang membisu ketika perempuannya dipermalukan?
Dan aku melihat perempuan-perempuan menutup mata dan muka
Ketika melihatku ditelanjangi beramai-ramai di alun-alun kota
Mungkinkah mereka mengalami kehinaan seperti diriku?
Ditelanjangi tanpa kerelaan diri?
Kekasihku?
Apakah aku tampak seperti perempuan murahan?
Hingga ada lelaki yang tak ragu menyeret rambutku
Menjamah tubuhku?
Dan kamu?
Membisu?
Adakah yang salah dalam diriku?
Ada memang lelaki yang kutolak cintanya karena alasan orang tuaku
Dia bukan dari golongan bangsawan
tapi tak pernah ia kecewa dan dendam kepadaku
menerima nasib dan takdirnya: lahir bukan dari rahim bangsawan
Apakah karena penolakan itu...aku kini menerima balasan?
Ditelanjangi di depan mata para lelaki yang bernafsu
Dan suamiku membisu tak bergerak?
Jika aku ingin menangis
Aku tak ingin menangis di depanmu
Aku, Drupadi yang kehilangan cinta dan perlindungan
Kemana aku harus mencari?
Di jalanan kota lebih tak aman
Perempuan-perempuan miskin
Dipaksa menari telanjang tanpa upah layak
Cuma cukup untuk makan
agar esok malam cukup kuat menari telanjang lagi
dan lagi sepanjang hidup sampai pada kematian menjemput
Dan mereka yang terpaksa dan dipaksa menjual tubuhnya
Antri ditelanjangi lelaki-lelaki kawan berjudi lelakiku
Oh para dewa kemana aku harus pergi?
Seluruh mata di kota memalingkan muka kepadaku
Dan lelaki yang telah membikin aku murahan
Membisu tanpa daya dalam kekosongan
Jika aku ingin menangis
Aku tak ingin menangis di depanmu
Lelaki yang telah membikin aku murahan
Seperti mereka, para perempuan yang dihinakan di kotaku
aku membisu dalam dendam tak berkesudahan
dalam kamar-kamar kesendirian
sampai fajar menyingsing
Lelakiku! Lelakiku!
Air mata ini terlalu mahal untuk ditumpahkan di depanmu
Aku, Drupadi yang kehilangan cinta dan perlindungan
Kemana aku harus mencari?
Tentu tidak kepadamu
Jakarta, 10 Februari 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H