Menurut penglihatan saya, sejarah bukanlah pelarian ke masa yang sudah silam untuk menghindari masa sekarang, melainkan adalah senjata ampuh yang selalu siap digunakan demi menghilangkan hambatan-hambatan: sangat berguna dalam perjuangan kebudayaan yang mengarah kepada pembentukan kepribadian suatu bangsa.Â
Lagi pula, sejarah ikut serta menetapkan masa depan. Soal bagaimana akan menggunakan senjata itu, banyak tergantung kepada sikap mental generasi sekarang dan yang akan datang"
Tentu saja pembacaan Nagarakretagama di masa kolonial, di masa kemerdekaan dan di masa kini: akan berbeda-beda bahkan tidak perlu harus seperti yang diharapkan penulisnya sendiri sebagai Puja Sastra.Â
Tetapi sebagai bacaan yang telah melintasi berbagai zaman dan sempat menjadi roh penyemangat cita-cita bangsa yang terjajah, kita patut bertanya: apakah Indonesia kini sudah melampau kejayaan dan keagungan Majapahit? Kapan, jika belum?
Jika kita percaya pada siklus kejayaan Nusantara 700 tahun sekali, jawabnya adalah pada abad XXI ini. Pada abad XXI ini pula, kekuasaan dikonsolidasikan setelah meruntuhkan kekuasaan yang dikenal rakyat sebagai kekuasaan yang koruptif, kolusif dan nepotis. "L'histoire se repete." Demikianlah orang Prancis berkata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H