Resensi Buku
Judul              : Dyah Gitarja, Biografi Kekuasaan Majapahit
Pengarang          : Apriadi Ujiarso
Jumlah Hal          : xii + 128
Penerbit            : Interlude, Yogyakarta
Tahun Terbit         : Cetakan I, Januari 2022
Biografi Kekuasaan Majapahit, karya Apriadi Ujiarso, ini merupakan buku yang termasuk langka dalam hal tema yaitu Dyah Gitarja. Kita ketahui: sudah banyak ditulis mengenai Majapahit dan Gajah Mada tetapi Dyah Gitarja hampir tidak ada. Beberapa tahun yang lalu juga sudah terbit mengenai Gayatri ditulis oleh Earl Drake berjudul Gayatri Rajapatni: Perempuan Di Balik kejayaan Majapahit terbitan Ombak, Yogyakarta tahun 2012.
Hampir  sama dengan Dyah Gitarja, alasan sedikitnya referensi mengenai keduanya, membuat kedua buku itu dipenuhi dengan imajinasi.  Walau demikian keduanya tetap tidak bisa dikatakan sebagai novel karena kalau dilabeli sebagai novel akan menjadi novel yang buruk. Pun buku ini: Dyah Gitarja tidak bisa disebut sebagai buku sejarah tetapi ia bisa menjadi  jalan pembuka untuk menulis lebih serius tentang Dyah Gitarja. Barangkali kemendesakkan perlunya narasi feminist di tengah lautan narasi maskulin dalam sejarah Nusantara  menjadi alasan ditulis dan diterbitkannya buku ini.
Dyah Gitarja kita kenal sebagai Tribhuwana Tungga Dewi, Raja Perempuan pertama Majapahit menggantikan Jayanegara yang tewas dibunuh Ra Tanca. Naik Takhta pada tahun 1328 Masehi. Di bawah kekuasaannya, Majapahit menjadi kokoh dan meluas. Pemberontakan Sadeng dan Keta ditundukkan; lalu mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih yang semakin menyakinkan untuk meneruskan politik menyatukan Nusantara yang telah dirintis  Kertanagara, Kakeknya melalui Sumpah Palapa. Dan semua cita-cita itu terpenuhi di bawah Dyah Gitarja. Dengan demikian tentunya Dyah Gitarja ini bukan perempuan sembarangan. Mestinya pintar, cerdas, memahami sejarah, menguasai politik pemerintahan  dan berani.
Keberaniannya sudah ditunjukkan dengan menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta di tengah keraguan dan persaingan di antara para jenderalnya seperti Gajah Mada dan Ra Banyak. Pintar, cerdas, memahami sejarah dan menguasai politik pemerintahan, tentunya  Dyah Gitarja banyak melahap  buku-buku di masanya seperti Kitab Hukum Manu bahkan buku kesehatan untuk ibu hamil yang gambaran detailnya bisa Anda dapatkan dengan membaca buku ini.
Dengan sepak terjang politik seperti itu, Dyah Gitarja seharusnya menjadi buah bibir  rakyat sepanjang masa. Tetapi tidak. Gitarja seperti tak berperan besar dan tidak mendapatkan tempat yang layak dihormati dan dipuja dalam sepanjang sejarah Majapahit bahkan Nusantara. Peletak dasar kejayaan Majapahit itu justru tenggelam dalam popularitas  Mahapatih Gajah Mada dan Hayam Wuruk; yang diakhir hidupnya: Hayam Wuruk justru meninggalkan politik yang buruk  yaitu benih politik perpecahan yang  mengkhianati visi politik Kakek Buyutnya Kertanagara yaitu dengan membagi Majapahit Barat dan Timur, yang berakibat membawa Majapahit ke jalan menurun, gelap, samar  lantas menghilang dalam cerita kejayaan Nusantara di angan-angan rakyat sesudahnya.Â