Duh... Bou Bou, anjing  kami ini pintar dan berani..di usianya  yang baru 3 bulan..ia sudah menaklukkan angsa jantan yang besar di rumah kami.. Â
Suatu hari di bulan Januari  2019, saat usianya sudah sekitar 2 tahun, ia pulang tanpa mengeluh dan menangis dengan kaki patah.. aku menyusuri jalan yang ia lewati untuk pulang.. dari bercak bercak darah yang tercecer..Â
Duh.. ia menyeret kakinya yang patah dari jalan raya..melewati jeruji pintu gerbang perumahan kami...menuju rumah.. sekitar 25 meter... sekali lagi, Â ia menerobos jeruji besi.. untuk memasuki halaman..lalu beristirahat di depan pintu..hingga Istri saya Petronila Retno..menemukannya sedang menjilati luka di kakinya di subuh hari.. lalu membangunkan aku yang masih lelap dalam tidur..untuk memastikan apa yang terjadi pada Bou Bou..Â
Satu kaki depannya patah.. Aku lupa yang Kiri atau yang Kanan.. kalau tak ada kulit, Â kaki yang patah itu sudah pasti lepas.. darah semakin banyak berceceran.. Lantas aku membawa Bou Bou ke kamar dalam biar hangat dan membebat kakinya yang patah agar tidak menggelantung..Â
Betadin tentu sudah tidak sanggup menolongnya sebagaimana dahulu kakinya..juga yang depan.. berlubang dan robek karena berantem sama tikus.. mungkin. Cukup kusiram obat merah betadin.. dan sembuh. Â
Pagi itu juga, Â jam enam belum dilewati..aku menelpun semua nomer yang kudapat dari google.. dokter dokter hewan yang ada di sekitar Sangiang dan Kota Bumi..ada satu yang mengangkat.. dan aku katakan kondisi Bou Bou.. dan kemungkinan perlunya disuntik mati...dokter itu menolak.. dan merekomendasikannya agar dibawa ke Rajanti di Serpong..Â
Pagi itu juga setelah semua siap sekitar jam 8 pagi, kami mencari Grab Car karena tidak mungkin dibawa dengan motor.. dan sambil memastikan bahwa kami membawa anjing yang terluka.. 1 sampai 3 grabcar  barangkali menolak.. hingga kemudian ada grabcar yang mau mengantar..bahkan menunggui kami di klinik hewan Rajanti..Â
Aku tidak pernah dan semoga tidak akan pernah membopong anak - anakku: Wong & Tan ke rumah sakit.. tapi Bou Bou ini kubopong dan kuselimuti sambil membuatnya tenang dan damai seperti anak perempuanku sendiri ke rumah sakit..Di sana, saya menanyakan bagaimana..seharusnya penanganan Bou Bou.. ia perlu amputasi.. biayanya 1, 5 juta.. Kalau suntik mati.. 250 K.. tapi mereka tidak mau melakukan karena Bou Bou berhak hidup... tapi aku tidak sanggup biaya amputasi dan perawatan sesudahnya.Â
Akhirnya aku menandatangani pernyataan penyerahan Bou Bou ke Rajanti.. sambil membiayai  obat bius yang diperlukan utk operasi Bou Bou sebesar 250 K... aku lega seakan lepas dari tanggung jawab menderita bersama Bou Bou.. tetapi ternyata tidak..aku merasa telah meninggalkan Bou Bou yang terluka dan Bou Bou selalu membawa kenangan di Keluarga kami.. hingga Istri selalu memaksa utk menengok ke Rajanti.. dan aku selalu keukeuh..Â
Bou Bou sudah diserahkan dan dirawat dengan baik oleh ahlinya.. tapi desakan itu terus bertubi tubi.. akhirnya aku putuskan beberapa bulan kemudian untuk mengontak Rajanti.. untuk  menanyakan nasib Bou Bou dan Jawabannya cukup melegakan untukku..Â
Bahwa Bou Bou sudah dalam kondisi yang baik dan diadopsi oleh seseorang.. tapi ternyata jawaban itu belum cukup melegakan Istriku.. Ia ingin melihat Bou Bou dan bertanya.. Apakah kita bisa menengok Bou Bou di Keluarga barunya? Â
Aku pun merasa demikian...di samping anak-anak yang tumbuh besar bareng Bou-Bou juga selalu menanyakan kondisi Bou Bou dan berharap bisa menengoknya.Â
Sampai sekarang, entah sampai kapan, kadang Kami berharap bisa bertemu Bou Bou di keluarga barunya. tapi kami tidak tahu bagaimana caranya..? Mau bertanya pada Klinik Rajanti..merasa tidak pantas. Padahal dengan bisa menyapa Bou Bou sebentar Â
saja barangkali bisa  menghapus  rasa sesal dan duka telah "membuang" Bou Bou ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H