Mohon tunggu...
Ajrin Hasan Firdaus
Ajrin Hasan Firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

The quiet rebel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Pemulung Sampah Hingga Pedagang Batagor Seorang Diri

9 Januari 2024   21:08 Diperbarui: 16 Januari 2024   20:50 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung, 9 Januari 2024 - Kisah sedih dialami orang tua berusia 47 tahun bernama OS yang harus menghabiskan hari-harinya dengan kesendirian,

OS bertubuh kecil dan kadang terlihat memakai baju yang sama setiap harinya menjadikan orang-orang sekitar merasa iba melihatnya, OS yang hidup dirumah kecil serta sederhana dan juga sendirian setelah ditinggal oleh istrinya karena telah meninggal dunia dan ditinggal oleh anak semata wayangnya karena anaknya ikut bersama suaminya.

OS yang meiliki riwayat pendidikan sampai SD membuat nya tidak patah semangat untuk menyambung hidup nya.

OS awalnya seorang petugas kebersihan di Bandung lebih tepatnya daerah Kiaracondong, Pernah pada suatu saat saya melihat OS sedang bekerja menjadi seorang petugas kebersihan pada siang hari ditengah cuaca yang sedang panas akibat terik matahari yang memanggil keringat dan kilatan sinar yang menusuk, OS terus berjalan, membawa roda sampah dan kadang memisahkan barang-barang bekas dengan potongan harapan yang ia susun dengan penuh ketabahan. memiliki perjalanan hidup yang begitu menyentuh hati.

Seiringnya perubahan waktu, OS tak hanya membersihkan sampah, tetapi juga menjalani perjalanan panjang dari menjadi seorang pemulung hingga akhirnya mencoba merintis usaha sebagai pedagang batagor di sekitar rumahnya.

Dengan pendapatan yang bisa dibilang cukup untuk sehari sekali makan OS tetap menjalani hidupnya meskipun OS menghadapi kesepian yang menggigit setiap malam. Meski hidup dalam kesendirian, tekadnya untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya sendiri tak pernah luntur.

Warung batagor OS yang buka tiap hari bukan hanya sekadar tempat jualan, tapi juga menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya. Pelanggan setia tidak hanya menikmati kelezatan surabi, tetapi juga terinspirasi oleh keteguhan hati OS. "Saya ingin membagi kebahagiaan dan mengajarkan pada orang-orang bahwa kehidupan tak selalu tentang kesedihan," kata OS dengan senyum tulus.

Pada momen bulan puasa OS survive dengan menambah dagangannya dengan menjual takjil berupa kerupuk dengan saus oncom agar bisa tetap mendapatkan penghasilan untuk makan tapi terkadang OS menghemat untuk makan dibulan puasa dengan ikut berbuka puasa tiap hari di masjid terlepas dari berdagang OS juga pada bulan puasa sering kali memulung sampah dari malam hari hingga hampir waktunya sahur agar ada penghasilan tambahan.

Kisah OS mengajarkan kita bahwa di balik kepedihan hidup, ada kekuatan yang mampu mengubah takdir. Meski hidup sendiri, OS membuktikan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam setiap usaha kecil dan tekad yang tak pernah pudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun