Kehidupan perkuliahan sering diromantisasi dalam berbagai film dan cerita populer. Namun, di balik gambaran yang indah tersebut, realitasnya seringkali jauh dari apa yang terlihat. Mahasiswa sering menghadapi berbagai tantangan, dan salah satu yang paling merusak adalah toksisitas dalam lingkungan perkuliahan. Dalam penjelasan ini, kita akan membahas fenomena "toxic perkuliahan" dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan mental dan perkembangan akademik mahasiswa. Â Toxic perkuliahan mengacu pada lingkungan yang sarat dengan unsur-unsur negatif seperti persaingan berlebihan, tekanan akademik yang tak terkendali, perilaku merendahkan, dan ketidakseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadi. Ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti intimidasi, stereotip, prasangka, dan keengganan untuk berbagi pengetahuan atau bantuan.
Toksicitas dalam perkuliahan memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan mental mahasiswa. Tekanan akademik yang berlebihan dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, dan depresi. Lingkungan yang tidak mendukung juga dapat menghambat rasa percaya diri dan motivasi untuk belajar. Selain itu, kompetisi yang berlebihan dapat merusak hubungan sosial, mendorong isolasi, dan menghambat kemampuan mahasiswa untuk berkolaborasi. Salah satu akar masalah toksisitas perkuliahan adalah persepsi bahwa kesuksesan hanya dapat dicapai melalui kompetisi keras dan tanpa belas kasihan. Budaya ini sering diperkuat oleh norma sosial di kalangan mahasiswa, serta tekanan yang diberikan oleh keluarga, dosen, dan bahkan lingkungan online. Kekhawatiran akan reputasi dan ketakutan akan kegagalan sering kali mendominasi pikiran, mengabaikan pentingnya proses belajar itu sendiri.
Menghindari Toksicity dalam Lingkungan Perkuliahan
Untuk menghindari toksisitas perkuliahan, perlu adanya perubahan budaya di kalangan mahasiswa. Di bawah ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari toksicity dalam lingkungan perkuliahan:
1. Tetap Fokus pada Tujuan Pribadi
Dalam menjalani kehidupan perkuliahan yang penuh dengan tantangan, sangat penting untuk menjaga fokus pada tujuan-tujuan pribadi yang telah Kamu tentukan. Mulailah dengan merumuskan tujuan jangka pendek dan panjang yang spesifik dan realistis. Ini dapat membantu Kamu memiliki pandangan yang jelas tentang arah yang ingin Kamu capai. Alih-alih terjebak dalam persaingan yang mungkin merugikan kesejahteraan Kamu, tumpukan perhatian Kamu pada upaya dan progres yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Kelola Waktu dengan Bijak
Rutinitas yang terorganisir adalah kunci untuk menghindari kekacauan dan menjaga stres tetap dalam batas yang wajar. Buatlah jadwal yang mencakup waktu untuk belajar, istirahat, serta waktu luang. Mengalokasikan waktu untuk istirahat penting, karena memberikan tubuh dan pikiran Kamu kesempatan untuk pulih dan memastikan produktivitas yang berkelanjutan. Dalam mengelola waktu, berikan juga waktu untuk aktivitas non-akademik yang Kamu nikmati, seperti berolahraga atau menjalani hobi, untuk menjaga keseimbangan dalam hidup Kamu.
3. Pilih Lingkungan yang PositifÂ
Lingkungan sosial yang Kamu pilih berdampak besar pada kesejahteraan mental Kamu. Cari teman-teman yang mendukung, inspiratif, dan memiliki energi positif. Bersama mereka, Kamu akan merasa didukung dan lebih mampu menghadapi tantangan. Di sisi lain, hindari lingkungan yang terbukti memperparah toksisitas dan memberikan dampak negatif pada suasana hati Kamu. Perlu diingat bahwa Kamu memiliki hak untuk memilih siapa yang akan menjadi bagian dari lingkungan Kamu.
4. Kenali dan Tetapkan BatasanÂ
Mengenali batasan Kamu adalah tanda kebijaksanaan dan penghargaan terhadap kesejahteraan Kamu sendiri. Terlalu banyak tugas atau tanggung jawab tambahan dapat mengakibatkan stres berlebihan dan mengganggu keseimbangan hidup. Jika Kamu merasa sudah cukup sibuk, jangan ragu untuk mengatakan tidak dengan sopan dan jelas. Prioritaskan kesehatan dan kualitas kerja Kamu di atas jumlah pekerjaan yang Kamu ambil.
5. Tetap Prioritaskan Kesehatan MentalÂ
Kesehatan mental Kamu sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Pertimbangkan perasaan Kamu secara teratur dan kenali tanda-tanda stres, kelelahan, atau kecemasan. Jika Kamu merasa terbebani atau kesulitan mengatasi masalah, jangan ragu untuk mencari bantuan. Konselor atau profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan, alat, dan strategi untuk menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini dalam kehidupan perkuliahan Kamu, Kamu akan dapat menghindari toksisitas yang merugikan dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademik dan kesejahteraan pribadi Kamu. Toxic perkuliahan adalah masalah yang serius dalam lingkungan pendidikan tinggi yang dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan mental dan perkembangan akademik mahasiswa. Penting bagi institusi dan semua anggota komunitas pendidikan untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung, kolaboratif, dan bebas dari unsur-unsur toksisitas. Hanya dengan melawan norma toksik ini, kita dapat menciptakan pengalaman perkuliahan yang sehat dan bermanfaat bagi semua mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H