Kita sering melihat contoh di sekolah-sekolah di mana seseorang membutuhkan bantuan atau dukungan, tetapi para penonton---siswa---cenderung diam. "Bystander Effect" adalah fenomena di mana semakin banyak orang, semakin kecil kemungkinan seseorang akan memberikan bantuan. Memahami fenomena ini sangat penting untuk mengembangkan iklim sekolah yang lebih menerima dan mempertimbangkan kebutuhan orang lain, meskipun faktanya mungkin sulit untuk dipahami.
Fenomena Bystander Effect pertama kali muncul di lingkungan sekolah karena sejumlah variabel. Pertama, adanya penyebaran kesalahan dapat mencegah tindakan. Siswa mungkin percaya bahwa karena ada begitu banyak orang di sekitar, pasti seseorang akan membantu dan mereka tidak perlu mengambil tindakan apa pun sendiri.Â
Kendala lain adalah rasa khawatir akan mempermalukan diri sendiri atau mendapat reaksi buruk dari teman. Siswa takut jika mereka bertindak, orang lain akan melihat mereka dan bahkan mengolok-olok mereka.
Bagaimana anak-anak bereaksi terhadap lingkungan mereka sangat dipengaruhi oleh budaya sekolah mereka. Bystander Effect akan kurang terasa dalam suasana yang menghargai kasih sayang dan empati di antara para peserta. Siswa lebih cenderung untuk bertindak ketika mereka merasa nyaman dan didukung.Â
Norma sosial memainkan pengaruh yang signifikan juga. Siswa akan lebih termotivasi untuk membantu jika sekolah mereka menumbuhkan norma sosial bahwa membantu orang lain dihormati dan dihargai.
Bystander Effect dapat diatasi di sekolah dengan mengambil tindakan yang tepat. Faktor kunci termasuk pendidikan dan kesadaran. Melalui instruksi, siswa dapat memahami fenomena ini dan menemukan efek yang merugikan. Mereka dapat mempelajari teknik untuk mengatasi keragu-raguan untuk mengambil tindakan.Â
Dorongan keterlibatan aktif dalam situasi sosial juga dapat mengurangi dampak ini. Kegiatan kelompok dan inisiatif kolaboratif dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama dan mengurangi ketakutan atau keengganan.
Masalah yang harus dipecahkan dalam setting kelas adalah fenomena bystander effect. Kita dapat menciptakan suasana yang lebih reseptif dan welas asih dengan memahami komponen yang memengaruhi kemunculan dan fungsi yang dimainkan budaya sekolah dalam memengaruhi tanggapan.Â
Kita dapat membangun iklim sekolah yang lebih ramah dan mendorong dengan mengajar siswa tentang kejadian ini, mempromosikan norma sosial yang mendukung membantu orang lain, dan mendorong keterlibatan aktif. Akibatnya, efek pengamat akan memiliki dampak negatif yang lebih kecil pada siswa dan budaya yang lebih peduli akan terbentuk.
Kesulitan dalam memahami mengapa individu memilih untuk tidak campur tangan ketika mereka melihat orang lain yang membutuhkan tercermin dalam fenomena bystander effect dalam lingkungan pendidikan. Kami dapat mengambil tindakan untuk mengurangi dampak ini dengan menyadari unsur-unsur yang mempengaruhinya serta bagaimana budaya sekolah mempengaruhi reaksi dan norma sosial.Â