Bagian ini orang-orang awam pasti taunya hanya belajar Bahasa Indonesia doang padahal ilmu-ilmu lain juga dipelajari, seperti filsafat, psikologi, sosiologi, linguistik dengan struktur-struktur yang bikin mumet karena ada fonologi, morfologi, sintaksis, pragmatik, dan semantik pada struktur dalam, sedangkan struktur luar ada psikolinguistik, antropolinguistik, sosiolinguistik.Â
Anak Sastra Indonesia juga belajar kehumasan, korespondensi, bahasa arab, jurnalistik, loh. Banyak mata kuliah yang diambil di dalam Sasindo, memang cenderung melibatkan baca, tulis, dan menuntut kekreatifan.Â
Setidaknya masuk jurusan Sastra, kamu harus banyak membaca buku fiksi maupun non fiksi sebab ini akan menjadi amunisi sebelum kamu membidik tepat pada sasaran. Ibarat membaca itu modal kamu masuk jurusan ini.Â
Tuntutan baca buku dengan model buku yang bergenre ringan sampai kamu harus baca buku yang nyastra banget, bisa dibilang kalau masih asing dengan bahasanya, buku itu akan terasa berat dan susah dipahami, belum lagi kebanyakan buku/novel sastra relatif tebal.Â
Tapi kamu wajib menuntaskannya dan memahaminya. Belum lagi kalau ada tugas di mata kuliah Telaah Novel. Bersyukur kalau bukunya bebas, kalau ditentukan? Dan ternyata buku yang dipilih masuk ketegori berat? Waduh!
*Auto kejang-kejang
Mempelajari berbagai tulisan di dalam Jurusan Sastra Indonesia itu tidak asal saja loh, ya. Membutuhkan wawasan, keahlian, keuletan, aturan, dan kebebasan di dalamnya.Â
Tidak semua tulisan bisa ditulis seenaknya tanpa rambu-rambu kepenulisan. Namun tidak semua tulisan juga terikat dengan aturan kepenulisan. Penggunaan rambu-rambu penulisan harus sesuai, jadi pahami apa yang sedang kamu tulis.
Untuk kamu yang menggunakan jurusan Sastra Indonesia sebagai senjata pelarian, dan kamu gak punya minat di bidang ini, kayanya ijasahmu hanya sebagai formalitas saja, oops!
Proses belajar itu sebetulnya tidak ada yang sulit ketika kita merasa memiliki kemampuan mengeksekusinya. Awalnya saya pun sangat yakin bahwa passion saya di bidang ini. Dengan pede- nya mendakwa diri sendiri mampu menulis cerpen, mampu menulis puisi, mampu menulis artikel. Ettt shombong !
Awal pertama masuk kuliah justru saya dihadapkan dengan Ilmu Bahasa, yang mempelajari dari mana Bahasa berasal? Bagaimana terciptanya Bahasa? Mengapa ada Bahasa? Sejak kapan Bahasa diciptakan? Siapa yang menciptakan Bahasa?