Mohon tunggu...
Yunuraji P
Yunuraji P Mohon Tunggu... Penulis - Orang biasa

Warga biasa yang masih berjuang dalam hidup ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] Sebuah sesal

10 November 2021   19:00 Diperbarui: 10 November 2021   19:12 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Rumah Pena Inspirasi Sahabat


"Yak, kepada saudari Rinata untuk memasuki podium sepatah atau dua patah kata kepada bapak ketua. Ok silakan, silakan..."

"Hmph, baru segitu saja sudah sombong. Aku yakin itu..."

"Loh kok kamu begitu sinis banget sih sama Rinata, Jon?
Memangnya Rinata punya masalah apa sama kamu sehingga kamu benci banget sama dia?" Seloroh seorang kawan sambil mengunyah makanan sembari mengobrol.


"Pernah aja sih aku liat dengan mata kepalaku sendiri bahwa, dia itu harusnya kan singel ya, tapi entah kenapa kadang-kadang di HP atau layar komputernya ada wajah orang lain?"


"Cie yang cintanya bertepuk sebelah tangan ni yeee..." Kembali orang tersebut mengunyah makanan sambil mengobrol.


"Hati-hati loh Dik. Ntar keselek seret kan susah." Celetuk seseorang yang lain dalam satu lingkaran yang sama dengan Jon dan Dik.
"Biarin ajalah, kan aku makannya nyicil, Bud."
"Maksudnya, Dik?"
Setelah beberapa kunyahan sampai tertelan, Dik berkata "Kek gini nih. Tadi kan aku berbicara cuma sebentar kan sembari mengunyah. Eh gara-gara lu kan jadinya Rinata sudah selesai tuh memberikan kalimatnya" Dik mengeluh karena ternyata obrolan antara mereka bertiga menjadi penutup atas sepatah maupun dua patah kata ketika MC menyudahi pidato singkat yang diberikan oleh Rinata.


"Nah, berhubung kita masih santai-santai aja nih, gimana kalau kita tanya sama yang tadi punya masalah, ya kan Jon?"
"Jon? Joni?" Kemudian Dik memanggil sambil bersiul sedikit. "Anak baik, Jon. Dimana kamu?"


Slepetan tangan mendarat ke tubuh Dik sehingga membuat Dik terkejut sedikit mengaduh.


"Emangnya Jon itu anjing apa gimana? Tadi katanya dia segera balik tuh karena ada urusan."
"Halah. Palingan juga karena ingin mengejar Rinata..." Dik berkata sekenanya kepada Budi.


******


"Untung saja tadi aku tidak begitu terbuka kepada Dik sama Bud. Dan juga Bud baik banget memberikan aku kode supaya segera pergi dari tempat itu." Jon sedikit mengatur nafas dikarenakan ia lumayan cukup jauh dari keramaian sambil berjalan cukup cepat. Jon melihat sekitar meyakini bahwa ia berada di belakang gang yang memiliki penerangan yang tidak begitu banyak. Kemudian ia membuka kancing jas, mengeluarkan sebuah kotak yang berisi biji dari dalam saku dalam jas, dan mengunyahnya laiknya permen karet.


"Tidak ada yang lebih baik ketimbang makan permen mint setelah acara..."
Ia terperanjat ketika ia melihat sosok yang tidak begitu asing.
"Rinata? Ngapain dia bersama seorang lelaki yang tidak aku kenal?" Dengan perlahan namun pasti ia berjalan mengendap-endap sembari memastikan diri bahwa ia tidak terlihat oleh Rinata maupun orang yang tidak begitu dikenal oleh Jon. Sampai kemudian ia mendapati bahwa mereka berjalan menuju taman, membuat Jon meragu, apakah ia harus mengikuti masuk ke dalam taman atau tidak dikarenakan penerangan yang cukup. Karena didorong oleh rasa penasaran, ia nekat untuk masuk, berjalan sambil meyakinkan diri mengikuti Rinata ke dalam taman. Sesampainya di sebuah bangku yang dibawahnya ada lampu, Rinata menatap sosok tersebut menjauh sembari melambaikan tangannya. Lalu Rinata duduk dengan raut muka yang sedikit muram.


"Kamu bisa kesini kok Jon. Jangan malu-malu." Agak sedikit kaget ketika Jon ketahuan membuntuti Rinata. Dengan sedikit ragu namun karena sudah terlanjur basah, iapun menerima tawaran Rinata untuk duduk di sebelahnya. Jon menatap seorang gadis dengan rambut sebahu berwarna hitam sedikit kecoklatan yang memang harus jeli atau melihat dari dekat untuk melihat warna rambutnya. Bulu mata yang cukup panjang terurus ditambah dengan warna mata biru memikat siapapun yang mengenal ataupun baru saja melihatnya.


"Ada masalah apa, cerita saja Rin..." Tampak ada keraguan dalam kata-kata Jon dikarenakan dia tidak mau terlihat seperti buaya.


"Ini loh Jon, aku cuma mau meluruskan apapun kabar burung yang tak jelas kepadamu." Rinata berkata sambil sesenggukan menahan air mata. "Apalagi kamu terang-terangan menguntit ku..."
"Tapi kan aku sembunyi di balik bayang-bayang sama sinar lampu kok kamu bisa..." Jon melihat gerakan tangan dan bibir Rinata mengisyaratkan Jon untuk diam sehingga Jon pun mengikuti maksud Rinata.


"Jadi orang yang tadi kamu saksikan berjalan bersamaku adalah orang yang merenggut kawan baikku untuk menggantikan posisiku saat ini. Seandainya saja..." Rinata tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena tampak ia masih berusaha untuk menahan tangis namun gagal sehingga Jon memberikan isyarat agar Rinata bisa menangis tanpa ditahan-tahan.
"Makasih banyak ya Jon."
"Jadi sebenarnya dia itu adalah..."


*****


Setelah selesai pertemuannya dengan Rinata mengantar sampai ke rumahnya, Jon tidak bisa berkata-kata karena berusaha mencerna informasi yang ia terima bahwa kalau saja tidak ada pengorbanan dari kawan baiknya Rinata, mungkin saja Rinata masih terjebak dalam kegelapan. Karena keberanian serta tindakan satria dari kawannya Rinata, sehingga Rinata pun memutuskan untuk melepaskan kepergian kawannya tersebut. Sementara orang tersebut berusaha untuk berbuat baik dengan cara berhubungan kembali dengan Rinata karena ia tidak mau menambah musuh sekaligus membuka lembaran baru untuk mereka berdua.


"Wow... Aku rasa aku memang harus tidak perlu untuk menilai orang secara terburu-buru. Semoga sih Rinata masih baik-baik saja setelah kejadian tadi. Juga semoga kedepannya Rinata bisa tegar karena aku yakin bagaimanapun juga kawannya rela menggantikan posisi Rinata supaya Rinata bisa melanjutkan hidup. Dan aku merasa lega bahwa foto orang yang aku lihat pada HP maupun layar komputernya adalah orang tersebut yang berusaha untuk memperbaiki hubungan antara Rinata dengan kawannya. Aku jadi sedikit menyesal..." Gumam Jon kemudian berjalan menuju tempatnya tinggal.

Tamat.

Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Rumah Pena Inspirasi Sahabat untuk memperingati Hari Pahlawan tahun 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun