"Kukukukuku... Akhirnya aku bisa bertemu dengan sang legenda hidup, Tomi Permadi..." Kata salah satu makhluk aneh yang mendadak saja muncul di hadapanku sembari membungkukkan badan. Terlalu rendah malah, sehingga tampak kacamata hitam dan topi yang ia kenakan cukup membuatku berpikir apakah topi dan kacamata tersebut akan jatuh. Ternyata tidak sama sekali. Aku sebenarnya ingin bertanya tentang namanya dan apakah dia ini Jin, seperti dugaanku sekarang, namun ketika aku bertanya mengenai namanya, ia melanjutkan, "Mungkin kau tidak pernah tahu siapa aku dan bagaimana aku bisa tahu. Yang perlu kamu ketahui adalah bahwa aku lebih mempunyai urusan dengan petinggimu yang mungkin aku sebut orang tersebut sebagai, Adi Permadi."
'Adi Permadi? Ia tahu nama ayahku?' Gumamku dalam hati.
"Tentu saja aku mengenal beliau. Karena di masa lampau, aku pernah berurusan dengannya." Katanya menjawab gumamanku. Sekali lagi aku terkejut mendengar pengakuannya yang tidak disangka-sangka namun sudah tentu aku mengerti arah pembicaraannya. "Malah terlalu sering berurusan dengannya, sepertinya. Bagiku ia tampak menyebalkan."
"Dan, maafkan aku karena aku terlalu kasar karena tidak memperkenalkan diri." Jawabnya. "Aku dikenal dengan nama Razzak Wahyonantra. Namun ayahmu memanggilku dengan sebutan 'Jack' si Jin hebat."
"Ok..., Jack. Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku. Dan kenapa engkau justru datang sekarang?" Tanyaku sedikit ragu.
"Beraninya kau..." Ia sadar sesaat sebelum kemudian ia melanjutkan dengan gaya bahasa yang sedikit sopan, namun aku bisa sedikit merasakan aura antara marah, kesal, dan agak terhina.
"Maksudku, tentu saja aku datang dengan memberitahukan bahwa aku cuma menagih janji dengan apa yang pernah dilakukan oleh Adi Permadi. Dan tentu saja kau tahu sesatu tentangnya, bukan?"
"Maksud Saudara Jack ini apa?" Tanyaku sedikit bingung.
"Jangan berlagak terlalu gegabah, nak." Katanya dengan nada sedikit angkuh dengan rasa percaya diri yang terlalu tinggi, menurutku. "Kemarin kau melakukan sesuatu yang dimana bahkan Mira Scif- ah, sulit sekali mengeja namanya..." Ia melanjutkan kalimatnya.
"Bahkan wanita tersebut terlihat cemas dengan kemampuan yang kamu miliki, hai turunan Adi Permadi." Lanjutnya setelah ia memastikan tidak ada apapun disekeliling kita dengan tatapan yang tak mampu aku baca dibalik kacamatanya. Aneh, pikirku. Padahal selama ini aku bisa melihat apapun yang ada di balik kacamata hitam setiap orang. Sepertinya makhluk ini bukan sembarang makhluk. Aku harus waspada terhadapnya. "Jadi, menurut dugaanku, seharusnya kamu sudah memiliki kekuatan yang dimana bahkan Adi Permadi sekalipun membuatku sedikit kewalahan."
"Kemampuan apa yang kamu maksud?" Kembali aku bertanya karena jujur apabila ini mimpi, pasti aku terlalu banyak memakan jahe, kunyit, temulawak, serta tauge yang dibuat oleh Tante...Mami Mira sehingga aku mengalami mimpi seaneh ini.
"Sekali lagi aku peringatkan, anak muda. Jangan sampai aku harus mengeluarkanmu dari tempat ini..."