Mohon tunggu...
Puisi

Gubuk di Tengah Tanah Perawan

27 Maret 2012   09:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sepertinya gubuk di tengah sawah itu mulai reot ditendang dedauan

atapnya yang terbuat dari daun kelapa tak mampu lagi tertidur telanjang dan disiksa matahari

adakah tiangnya tetidur nyenyak?

ketika daun-daun itu menggerogoti tubuhnya yang telah menua oleh sebuah kerinduan?

yang terlihat, terkadang itulah yang terasa

ya, cahaya matahari telah membuat atap rumah kecilku itu merana

terhempas aroma hujan dan matahari

yang terlihat, terkadang itulah yang terasa

belum cukup puas untuknya,

dia menjanjikan kemapanan untuk dedaunan yang mau menggelayuti tiang rumah yang telah menua itu,

jantung kelangsungan rumah kecilku,

adakah padi nan hijau di sana merasakan derita rumah kecilku?

yang terlihat, terkadang itulah yang terasa..

ayo bantu rumah mungilku untuk lepas dari rananya

bantu dia untuk sedikit bangun dari sekaratnya, atau setidaknya bantu dia bertemu dengan waktu dimana matahari dan hujan tidak menguliti tubuhnya yang semakin mengering

yang terlihat, terkadang itulah yang terasa

itu adalah rumah mungilku yang teramat berharga

itu satu-satunya tempat untukku menatap kenangan

menikmati hijaunya padi dan ranumnya tanah perawan,

yang terlihat, terkadang itulah yang terasa

aku tak sanggup lagi menyeka rumah itu dari lelehan takdir

aku pasrahkan semuanya pada hembusan angin, pada aroma matahari,

dan pada ranumnya tanah perawan

jasadku telah cacat

menghitam di cumbu masa lalu

aku tak baerani lagi mengayuh nasib,

ya, yang terlihat, terkadang itulah yang terasa.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun