sepertinya gubuk di tengah sawah itu mulai reot ditendang dedauan
atapnya yang terbuat dari daun kelapa tak mampu lagi tertidur telanjang dan disiksa matahari
adakah tiangnya tetidur nyenyak?
ketika daun-daun itu menggerogoti tubuhnya yang telah menua oleh sebuah kerinduan?
yang terlihat, terkadang itulah yang terasa
ya, cahaya matahari telah membuat atap rumah kecilku itu merana
terhempas aroma hujan dan matahari
yang terlihat, terkadang itulah yang terasa
belum cukup puas untuknya,
dia menjanjikan kemapanan untuk dedaunan yang mau menggelayuti tiang rumah yang telah menua itu,
jantung kelangsungan rumah kecilku,
adakah padi nan hijau di sana merasakan derita rumah kecilku?
yang terlihat, terkadang itulah yang terasa..
ayo bantu rumah mungilku untuk lepas dari rananya
bantu dia untuk sedikit bangun dari sekaratnya, atau setidaknya bantu dia bertemu dengan waktu dimana matahari dan hujan tidak menguliti tubuhnya yang semakin mengering
yang terlihat, terkadang itulah yang terasa
itu adalah rumah mungilku yang teramat berharga
itu satu-satunya tempat untukku menatap kenangan
menikmati hijaunya padi dan ranumnya tanah perawan,
yang terlihat, terkadang itulah yang terasa
aku tak sanggup lagi menyeka rumah itu dari lelehan takdir
aku pasrahkan semuanya pada hembusan angin, pada aroma matahari,
dan pada ranumnya tanah perawan
jasadku telah cacat
menghitam di cumbu masa lalu
aku tak baerani lagi mengayuh nasib,
ya, yang terlihat, terkadang itulah yang terasa.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H