Mohon tunggu...
Aji Wicaksono
Aji Wicaksono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersastra dan Berbahagia di Sekolah

20 November 2017   17:33 Diperbarui: 20 November 2017   17:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bersastradan Berbahagia di Sekolah

Aji Wicaksono

Pengelola Buletin "Obah"

Guru SD Al Islam 2 Jamsaren Surakarta

 Sastra berperan besar terhadap proses kreatif seorang peserta didik dalam hal penumbuhan budaya literasi di sekolah. Sehingga, sastra memang perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Sebagai guru, kami sadar bahwa sastra juga mampu membahagiakan manusia, termasuk siswa dan guru di sekolah. Untuk itulah kami bergerak untuk menghidupi dan menghadirkan sastra di sekolah.

Tulisan ini menanggapi esai Giyato di Solopos edisi Minggu, 6 November 2016 berjudul "Darurat Sastra di Sekolah". Terlalu berlebihan jika Giyato menyebut darurat sastra di sekolah. Giyato hanya kurang jeli membaca sastra di sekolah. Ia mungkin menutup mata sehingga tidak memperhatikan majalah sekolah, mading, buletin, tugas mengarang, berpuisi, dan berdrama. Karya sastra beberapa pelajar juga menghiasi media massa lokal maupun nasional menjadi penanda bahwa sastra masih hidup dan lestari di sekolah. Keberadaan sastra di sekolah akan tetap membahagiakan selamanya. 

Kami menawarkan program ekstrakurikuler "Menulis dan Bercerita" di SD Al Islam 2 Jamsaren, yang mampu membuktikan bahwa sastra di sekolah itu hidup, bahkan membahagiakan. Kegiatan berbagi buku dan kisah menjadi agenda rutin setiap pertemuan pada Selasa, 14.00-15.30 WIB. Kumpulan kisah dalam bentuk tulisan anak-anak setiap pertemuan diterbitkan dalam wujud buletin yang kami beri nama "Obah". Dokumentasi cetak itu dibaca murid, guru, dan keluarga di rumah. Buletin itu membahagikan bersama.

Tanggapan menggembirakan dari wali murid peserta ekstra "Menulis dan Bercerita" terhadap penerbitan buletin "Obah" menjadi tanda bahwa sastra di sekolah memang akan tetap hidup dan membahagiakan. Terbukti, mereka ikhlas memberikan donasi untuk penerbitan "Obah". Sehingga "Obah" mampu terbit seminggu sekali. Harapan kami, "Obah" menjadi ruang untuk mendokumentasikan tulisan anak-anak, baik dalam bentuk puisi, cerita yang hanya satu halaman saja.  Kami meyakini bahwa mereka melakoni proses untuk sampai ke tekun dan bersemangat.

Selama ini, "Obah" mampu memberikan kesan positif terhadap proses kreatif seorang anak. Bukan bagus dan tidaknya tulisan anak yang menjadi pertimbangan pemuatan di buletin "Obah". Asalkan masih dalam ranah kepatutan, tulisan tersebut pasti dimuat dalam buletin. Adapun alasannya bahwa anak-anak yang bersedia membaca dan menulis memang pantas diberi penghargaan. Kita bisa membayangkan tulisan tersebut sepuluh tahun yang akan datang. Penulis-penulis di buletin "Obah" akan tersenyum membaca tulisannya sendiri dan teman-temannya.

Ekstrakurikuler "Menulis dan Bercerita" menjadi penting dan perlu diadakan di sekolah untuk mengapresiasi dan menghidupkan sastra di sekolah. Apresiasi sastra tidak melulu berorientasi pada nilai-nilai di  buku nilai. Apresiasi sastra di sini bukan pengetahuan sastra yang musti dihapalkan, melainkan bentuk penghargaan terhadap kreativitas anak dalam menuangkan imajinasi, pengalaman, keluh kesah, dan kisah-kisah lain dalam bentuk tulis. Menulis menjadi kerja pendokumentasian proses kreatif seorang siswa. Dengan begitu, yang harus terjadi dalam menghidupkan sastra di sekolah ialah kegiatan apresiasi sastra yang bukan sekadar pengetahuan teori sastra.

Hadiah buku bagi tulisan terbaik di buletin "Obah" memberi jalan kepada anak berkenalan dan mencintai buku. Anak akan memperoleh pengalaman bahwa buku menjadi hadiah "kehormatan" di kelasnya. Dia akan menjadi pembaca pertama hadiah buku baru tersebut yang kemudian berhak menceritakan kepada teman-temannya di pertemuan selanjutnya. Kegiatan tersebut memantik interpretasi melalui berbagai macam aktivitas respon kreatif dan di kegiatan inilah terlihat wajah bahagia dengan bersastra. Mereka asik membicarakan peristiwa yang terjadi, tokoh, dan wataknya di buku tersebut.

Proses kreatif anak tidak sekadar mandegdi "Obah".  Kami selalu mendorong anak agar terus mengembangkan karyanya. Adapun hasilnya beberapa karya anak peserta ekstra berupa puisi anak telah menghiasi rubrik anak di koran-koran lokal. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami jika ada karya anak yang dimuat di koran.

Mewujudkan "Obah" memang bukan kerja individu. Semakin banyaknya peminat ekstrakurikuler "Menulis dan Bercerita" memunculkan inisiatif melakukan kerjasama dengan para penulis di Solo. Tidak tangung-tanggung kami minta bantuan kepada penulis novel anak Bandung Mawardi dan para esais di Bilik Literasi. Mereka membantu mengelola semangat bocah-bocah di sekolah kami. Kerja literasi, sosial, dan diskusi hingga memunculkan ide penerbitan buletin "Obah".   

 "Obah" kini sudah edisi ke-7. Program kami selanjutnya selain melestarikan "Obah" juga akan mengagendakan penerbitan buku kumpulan cerita bocah di akhir tahun. Kegiatan lomba-lomba penulisan juga akan menjadi program andalan kami selanjutnya. Semoga dengan sastra selalu berbahagia. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun