Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa dampak terhadap bidang pendidikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan  dalam proses pembelajaran sudah bukan hal yang asing lagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Internet telah merevolusi cara kita mengakses dan berbagi informasi, memungkinkan pembelajaran terjadi kapan saja dan di mana saja. Transformasi ini difasilitasi oleh berbagai alat digital seperti email, obrolan, e-book, dan e-library, yang memungkinkan pertukaran informasi tanpa perlu interaksi tatap muka. Integrasi teknologi ini ke dalam praktik pendidikan telah memperluas ruang lingkup dan aksesibilitas pembelajaran, membuatnya lebih fleksibel dan inklusif (Pandey et al., 2023). Karena semua informasi yang kita inginkan dapat kita peroleh hanya dengan mengakses internet. Hal ini tidak hanya mempercepat proses pembelajaran, tetapi juga meningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi individu di berbagai belahan dunia, memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan kemajuan teknologi, metode pembelajaran juga semakin bervariasi, termasuk penggunaan video konferensi dan platform pembelajaran daring yang interaktif, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif. Teknologi ini juga memungkinkan adanya kolaborasi antara pelajar dan pengajar dari berbagai lokasi, memperluas jaringan akademis dan menumbuhkan komunitas pembelajaran global yang saling mendukung.
Sejak pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 telah mengubah sistem pendidikan secara drastis. Pembelajaran tatap muka yang biasanya dilakukan di sekolah beralih ke pembelajaran daring sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus. Berbagai aplikasi teknologi mulai digunakan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar, seperti Google Form, YouTube, Zoom, dan WhatsApp. Namun, meskipun teknologi ini dapat memberikan akses pendidikan yang lebih luas, tidak semua siswa dan guru memiliki kesiapan atau infrastruktur yang memadai untuk menggunakannya secara optimal.
Â
Faktor Penyebab:
1. Perubahan Sistem Pembelajaran
Sekolah harus beradaptasi dengan pembelajaran daring tanpa persiapan yang matang, memaksa pemanfaatan aplikasi seperti Google Form untuk penilaian, Zoom untuk kelas virtual, YouTube untuk materi pembelajaran, dan WhatsApp untuk komunikasi.
2. Keterbatasan Infrastruktur
Wilayah Indonesia yang cukup luas yang tidak memungkinkan semua siswa memiliki perangkat yang memadai atau akses internet yang stabil untuk mengikuti pembelajaran daring secara optimal. Hal ini disebabkan sulit dijangkaunya beberapa daerah tertentu, sehingga penyebarannya tidak merata. Masih banyak daerah yang sulit dijangkau oleh alat transportasi.
3. Ketidaksiapan Pengguna
Baik guru maupun siswa perlu waktu untuk beradaptasi dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Guru yang belum terlatih dalam memanfaatkan aplikasi ini, sering kesulitan mengelola kelas secara daring.
Dampak:
- Ketimpangan Akses: Siswa di daerah yang kurang berkembang atau dengan akses internet terbatas cenderung mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring.
- Kualitas Pembelajaran yang Berbeda: Pembelajaran yang seharusnya interaktif dan kolaboratif menjadi terbatas karena keterbatasan teknologi dan metode pengajaran yang tidak sepenuhnya efektif dalam format daring.
- Kesejahteraan Mental: Pembelajaran daring yang berlangsung terus menerus juga berdampak pada kesehatan mental siswa dan guru, yang merasa tertekan dengan situasi yang tidak biasa.
Solusi yan Diterapkan:
Peningkatan Infrastruktur Teknologi
Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu mempercepat penyediaan perangkat dan jaringan internet yang merata agar tidak ada siswa yang tertinggal. Ketersediaan akses internet yang baik akan mendukung pembelajaran jarak jauh dan memastikan setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses materi pendidikan berkualitas.
Pelatihan Guru
Program pelatihan yang efektif harus fokus pada melengkapi pendidik dengan keterampilan untuk mengintegrasikan alat digital secara lancar ke dalam praktik pengajaran mereka, menumbuhkan lingkungan belajar online yang menarik dan kolaboratif.
Penyusunan Kurikulum Daring
Kurikulum harus disesuaikan dengan format pembelajaran daring, termasuk pengintegrasian berbagai aplikasi seperti Google Form, Zoom, YouTube, dan WhatsApp secara efektif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan interaktivitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih fleksibel dan efisien.
Alternatif Pembelajaran
Untuk siswa yang kesulitan mengakses pembelajaran daring, alternatif seperti pembelajaran berbasis modul atau media cetak bisa diterapkan. Salah satu pendekatan yang dapat dipertimbangkan adalah menyediakan sesi tatap muka secara berkala untuk memastikan pemahaman materi dan mendukung interaksi sosial antar siswa.
Penetrasi teknologi dalam pendidikan di era digitalisasi menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran, namun juga memperlihatkan tantangan yang perlu diatasi agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan digital yang masih ada, di mana tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat dan koneksi internet yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi secara optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H