Mohon tunggu...
Galang Aji Prakoso
Galang Aji Prakoso Mohon Tunggu... Teknisi - impeesa

22 yo | journalist wanna be | aircraft technician | english enthusiast | travel addict

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ekspektasi Orang Lain Bukanlah Target Hidupmu

21 Desember 2020   09:39 Diperbarui: 21 Desember 2020   10:00 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
scene move Willd (2014)

Menyenangkan rasanya, ketika kita mampu memenuhi keinginan orang lain, membuat orang lain bahagia, dan mendengar pujian yang mereka lontarkan kepada kita. 

Yaa...sebagai makhluk sosial, manusia memang sangat suka jika eksistensinya pada kelompok sosial diakui dan dilihat. Sepertinya segala hal menjadi akan menjadi lebih mudah. Karier melejit, circle pertemanan meluas, dan masih banyak lagi. Tak sedikit, manusia yang berusaha untuk selalu mewujudkan hal demikian itu. Hingga terkadang, mereka rela meninggalkan singgasana nyaman, tempat dimana biasanya ia duduk dan berdiri sebagai representasi diri sendiri , hanya untuk mencoba menduduki singgasana manusia lain. Penjajah? Bukan... mereka tidak bertujuan seperti itu. Lalu apa? Mereka hanya sedang berikhtiar agar dapat terlihat. Mereka tidak memiliki ide dengan apa adanya mereka sendiri. Mereka hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain sebagai orang lain pula. Meng-iyakan apapun yang menurutnya mampu menaikkan nilai diri. Meng-iyakan berbagai upaya sebagai bentuk validasi diri. 

"urip iku pancen wang-sinawang" kata Mbah Kakung 

Hidup itu adalah perihal bagaimana kita melihat makna kehidupan it sendiri. 

Semua-semua itu semu. Membahagiakan tanpa tau makna bahagia. Atau mungkin sudah tidak ada batas antara bahagia dan tidak bahagia ? . Memaksa hati dan birai tersenyum agar lahir senyum-senyum lain disekitarnya. 

Sambil membaca coretan ini,mari kita sadari sejenak saja. Bernapas, lepas, bernapas. Tanpa mengontrolnya. Bukankah bernafas saja sudah enak ?

 Sebenarnya apa yang kita cari ? 

Sebagian manusia, mungkin sadar bahwa itu hanya pilihan. Berpura-pura atau mati di pertempuran.

Sebagian lainnya, hanya mengalir saja. Membiarkan fatamorgana itu merasuki sisi diri yang sebenar-benarnya. Hingga sampai pada titik , dimana mereka tidak bisa kembali ke singgasananya sendiri. Golongan ini terbentur dan terbentuk oleh keadaan maupun lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun