Mohon tunggu...
Ajis Khakim
Ajis Khakim Mohon Tunggu... Penulis - Jskmrock

Hanya hidup untuk hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Pengantar Kebahagiaan bagi Seller dan Buyer

15 Desember 2020   14:29 Diperbarui: 15 Desember 2020   15:27 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagiaan merupakan hak milik bagi setiap orang. Setiap orang punya standar tersendiri dalam menentukan suatu hal yang membuatnya bahagia. Misal, seorang mahasiswa akan merasa bahagia bila dia mendapat nilai A. 

Contoh lagi misalnya pengemudi ojol akan bahagia ketika di hari itu ia mendapat banyak orderan. Atau mungkin seorang filantropi baru mencapai bahagianya ketika sanggup menyantuni orang-orang yang membutuhkan. Dan tentunya ada banyak lagi contoh lain yang tak semua bisa saya tuliskan.

Ketika ada satu orang bahagia, sejatinya ada pihak lain ikut merasakan hal yang sama. Ya meskipun wujud dari kebahagiaannya itu berbeda antara keduanya. Ambil contoh seorang pebisnis online yang berhasil melakukan closing penjualan, pastinya dia merasa bahagia. Dan dibalik kebahagiaan si penjual, ada konsumen yang turut bahagia karena telah memiliki produk yang menjadi keinginannya. Dengan kata lain, kebahagiaan itu bisa dibagikan.

Dalam artikel ini saya akan membedah dan mengulas tentang konsep berbagi kebahagiaan secara lebih tajam, setajam jempol netizen. Dan studi kasus yang saya gunakan disini adalah kebahagiaan antara seller dan buyer dalam skema transaksi jual beli online. Oke, tak perlu basa-basi simak saja ulasan dibawah ini. Gas!

Oh ya, kebetulan dulu saya pernah jualan online. Jadinya saya akan ceritakan pengalaman sendiri sajalah, ya.

Unit jualan saya waktu itu adalah buku bacaan. Boleh dibilang saya memulai semuanya dari nol. Mulai dari hal yang paling mendasar, yakni menciptakan platform dan mencari suplier. Saya gunakan instagram sebagai platform untuk promosi. Beres bikin akun dan segala macam tetek bengeknya, saya langsung hubungi kontak dari beberapa penerbit. Kemudian menjalin kerja sama dengan mereka dan menggencarkan propaganda agenda marketing.

Dalam mempromosikan dagangan, saya praktekan berbagai teori yang saya pelajari dari channel-channel bisnis di kanal youtube. Misal tentang edit foto produk saya perlu tambahkan watermark. Biar ketika orang melihat foto tersebut dan ingin membelinya, mereka bisa langsung hubungi kontak yang tertera.

Selain itu, saya juga perlu bikin gimmick promosi mulai dari ulasan buku, kutipan buku, dan sedikit menaruh humor-humor receh untuk dapat menarik audiens agar mereka berkenan untuk klik tombol follow. Setelah semua bahan promosi disiapkan, berikutnya saya harus upload fotonya satu persatu secara berkala dan rutin di feed instagram.

Perlu juga saya tambahkan caption dan hastag. Dua komponen ini terbilang penting. Caption harus saya tulis dengan semenarik mungkin dan tidak menimbulkan kesan 'jualan banget'. Atau istilah kerennya convert selling. Sedangkan hastag harus diikutsertakan ke dalam caption agar postingan itu bisa menjangkau audiens yang lebih luas.

Satu kata yang merangkum semua proses teknis tersebut adalah effort. Ya, diperlukan effort untuk melakukan semua hal itu. Telah saya pertaruhkan waktu, tenaga dan pikiran untuk sekedar mempromosikan suatu produk dengan harapan memperbesar kemungkinan demi mendapatkan closing penjualan.

Dan ketika usaha-usaha itu membuahkan hasilnya, ketika datang pesan masuk menanyakan harga, ketika konsumen sepakat untuk membeli dan mentransfer uangnya, disitulah tercipta sebuah kebahagiaan tak terkira. Kebahagiaan karena jerih payah dan usaha diapresiasi oleh semesta. Itu kebahagiaan dari sisi penjual.

Sekarang kita telisik dari sisi konsumen atau buyer. Masih bercerita seputar pengalaman saya, si konsumen ini adalah pelajar SMA kelas 3 yang ingin mempersiapkan dirinya untuk mengikuti pertarungan sengit ujian masuk perguruan tinggi negeri. 

Dia membutuhkan semacam buku latihan soal-soal SBMPTN. Dia mengetik keyword judul bukunya di kolom pencarian instagram. Kemudian dia scroll kesana kemari hingga akhirnya menemukan produk dari postingan akun instagram ku.

Singkatnya, saya dan dia berjodoh. Saya menjual dia yang membeli. Setelah tuntas proses negosiasi, dia bayar sejumlah uang dan menunggu dengan harap cemas sebelum buku tersebut sampai ke rumahnya. Sesudah buku itu berada dalam genggaman tangannya, barulah dia bisa merasa bahagia.

Dari uraian diatas, maka statement yang mengatakan bahwa kebahagiaan bisa dibagikan itu terbukti valid. Karena saya sebagai penjual bahagia, dia sebagai konsumen pun sama. Namun, dalam proses berbagi kebahagiaan tersebut ada pihak ketiga yang punya peranan paling krusial dan tak bisa dikesampingkan. Siapakah dia? Adalah JNE sebagai jasa ekspedisi.

JNE memegang kunci utama untuk mengantarkan bahagia di hati seller dan buyer. Kenapa JNE punya peranan penting? Karena baik pihak penjual maupun pembeli belum sempurna kebahagiaannya bilamana produk yang dipesan belum sampai di tangan konsumen.

Penjual pasti merasa resah karena takut transaksinya gagal dan diminta untuk mengembalikan uang transferan. Sedangkan pembeli akan cemas karena takut kena tipu setelah mentransfer sejumlah uang. Hingga akhirnya pihak JNE berhasil meruntuhkan gundah gulana di hati keduanya dengan mengantarkan paketan tepat pada waktunya.

Dan dengan ini, saya kira saya perlu mengapresiasi pihak JNE karena berhasil menjadi perantara untuk saya dan konsumen saling berbagi kebahagiaan. Terima kasih kepada JNE atas dedikasinya selama 30 tahun yang tak pernah lelah menjadi pengantar dan memberi kebahagiaan di hati banyak orang. Mari kita rayakan 30 tahun ini dengan senyum kegembiraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun