Bersembunyi dibalik jendela kaca
Memandang halaman yang penuh pohon serta rumput yang kehijauan
Nirmala, gadis kecil yang ingin keluar menantang alam
Tapi sayang cah ayu, disana hujan, tiada kesudahan
Hujan mebasahi dinding, jendela kaca, pohon, bunga, ranting, maupun rumput
Tak hanya itu hujan juga menghapus telapak langkah kaki yang telah menginjak tanah bumi
Nirmala bersandar, dengan membawa bunga matahari ditangannya, dia memandangi hujan dengan penuh muka drama
Antara senang maupun muram
 Menyesalnya Nirmala tak bisa bermain di halaman belakang rumah yang penuh kesejukkan
Â
Smentara ini kamu jangan kemana-mana nduk, diluar masih hujan kata ibu Ayu
Ini ibu bawain kertas, kamu kan pandai melipat jarak, bermain origami?...Â
Buatkan ibu perahu kertas nduk, supaya ibu, kamu, dan ayahmu bisa menyelusuri samudra bersama-sama..
Nirmala, gadis kecil yang suka akan alam, penghijauan, maupun bentangan bumi semestaÂ
Melipat kertas origami yang diberikan oleh ibunya...
Sambil melipat kertas...
Ibu kenapa hujan diluar sana belum kesudahan ibu. Padahal, aku ingin sekali bermain dan bersua pada makhluk diluar sana ibu?... Â
Nduk, cah ayu anak ibu sebentar dulu, untuk saat ini kamu belum bisa bersua dan bermain.
 nanti setelah hujan reda kamu boleh main sepuasnya kok dihalaman belakang rumah yang hijau itu..
 percayalah hujan seperti waktu anakku, mereka hanyalan Fana yang tak abadi selamanya.
Nirmala, gadis ayu kembali bersandar, dan terus memandang rintikan hujan yang membasahi semesta...
 Dan juga halaman belakang rumah penuh pohon cemara
Origami Nirmala... fiksi Cuma belaka
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H