Ditepi danau Ubud, Putu rehat sejanak dalam pekerjaannya mencari kayu. Sambil mengkipas-kipas muka dengan kudung campingnya.Tak hayal rambut gondrong yang belum terkucir bertebaran berantakan menggilingi muka dan kepalanya. Sambil  rehat, Putu yang tengah ditepi danau sendiri dan demi menjaga agar dia tidak sendirian, putu mengkidung tembang jawa yaitu Lir ilir.
 Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo-royoÂ
Tak Sengguh penganten anyar
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumitire bedahe pinggir
Dondomono jrumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane
Sun suroko suruk hiyo
Gemericik swara air danau yang jernih membuat pikiran Putu pada siang itu terasa sejuk. Bilamana ketenangan, kesunyian, bahkan kedamaian menyeliputi hati Putu. Dalam menikmati alam yang begitu tenang tiba-tiba ada yang teriak  minta tolong. Teriakan minta tolong terdengar sampai telinga Putu, teriakan akan rasa sakit tangan yang begitu lantang terdengar sampai mengalahkan swara gemericik air danau. Segeralah Putu mencari sumber swara teriakan itu. Putu mencari terus mencari sampai ia ketemu. Dan ternyata swara itu adalah swara  perempuan yang terkapar disebelah pohon pinus dekat danau.