Unnes Giat 8 yang diadakan oleh unnes diantaranya ada desa Timpik, desa Ngrawan, desa Randugunting, desa Rawaboni, desa Kebonan, desa Ketapang, dan desa Muncar. Diantara desa tersebut kami mendapat desa Muncar. desa Muncar merupakan desa pariwisata. Desa Muncar yang terkenal yaitu desa wisata Ngidam Muncar.
Potensi desa Muncar memang sudah lengkap mulai dari budaya, alam, dan kearifan lokalnya sudah lengkap, Hanya saja kualitas manusia diperlukan untuk mengelola tersebut. Budayanya berupa Rodad Abadi, Muncar Ginelar, Reog Langen Turonggo Jati, Alamnya menyediakan buah yang diolah seperti keripik biduan dan makanan tradisional, serta kearifan lokalnya yaitu edukasi batik khas Muncar dan Sedekah Bumi Merti desa.
Kami dari KKN Unnes Giat 8 yang memiliki beberapa program kerja untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Mulai dari pengembangan sumber daya manusianya berupa literasi sastra anak dan mengembangkan sumber daya alamnya yaitu potensi wisata Ngidam Muncar, berkerja sama dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa).
Sastra menjadi salah satu kunci dalam memajukan perkembangan anak. Sastra sendiri adalah gambaran imajinasi dari sang penulis/tutur terhadap sang pembaca/mitra tutur dengan segala interpretasi pembaca. Bahkan sastra lebih dari sekedar itu, menurut Okky Madasari penulis buku “Entrok” dan pendiri OM Institute” bahwa dengan membaca karya sastra : 1. Membaca karya sastra membantu kita memahami “big picture”sebuah persoalan. 2. Melalui karya sastra kita bisa sekaligus belajar tentang masyarakat, negara, sejarah, juga perilaku, individu 3. Membaca sastra itu mengasah empati.
Kami melakukan program kerja pendekatan literasi sastra pada tanggal 18 Maret sampai tanggal 23 Maret. Kunjungan kami ke sekolah SDN 01 dan SDN 02 Muncar khusus kelas 5 SD. Alasan kami memilih kelas 5 SD dikarenakan sudah bisa mengimajinasikan dan menginterpretasikan suatu teks pada bacaan secara komprehensif dan sudah mengenal materi bahasa indonesia secara luas. Pada hari pertama kami membantu merapikan pengarsipan buku di perpustakaan. Masih banyak kekurangan buku dari perpustakaan Sekolah dasar. Jujur ini memang sangat permasalahan umum di Indonesia, terutama di desa.
Pada hari berikutnya kami mulai mengajar di SDN 2 Muncar. Pengajaran pengenalan sastra anak-anak cukup antusias. Hanya saja kendala di lapangan yang kami temui cukup beragam. Mulai dari anak yang tidak berani membaca karya sastra di depan kelas, tidak mengetahui apa itu kata, frasa, kalimat, hingga paragraf, Tidak cukup intensif didongengkan oleh ibunya sendiri, serta masih banyak lagi.
Pengenalan program kerja kami pada sastra dimulai dengan memperkenalkan karya sastra terlebih dahulu. Mulai dari memperkenalkan Puisi, Prosa dan drama. Masih banyak yang asing terhadap puisi itu sendiri. Padahal puisi hanya kumpulan dari beberapa kata yang di tulis oleh penulis melalui pengalaman pribadi, tanpa harus memikirkan rima, irama, mantra serta 4 baris dalam satu paragraf. Selain itu kami membahas masalah pantun. Anak-anak kelas 5 SD belom mengetahui pantun, mereka hanya mengenal gurindam. Dalam hal ini kami mewajarkan, dikarenakan mereka hanya mengenal pantun melalui serial animasi upin-upin yang dibawakan oleh jarjit dan potongan-potongan tiktok yang dikontenkan oleh tiktokkers.
Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami dalam memperkenalkan literasi sastra. Kami sebagai pegiat harus mampu mencari jalan alternatif. Kami memperkenalkan sastra melalui contoh yang ada di film, youtoube dan juga berinteraksi terhadap anak-anak. Misalkan saja seperti puisi anak yang kami contohkan, dia harus berani membacakan karya sastra di depan teman-temannya dan sebagai hadiah yang berani maju diberikan hadiah berupa buku. Begitupun dengan materi Prosa, sedangkan saat materi drama. Kami hanya memperkenalkan pementasan drama di layar kaca memberitahukan dan mengedukasikan kepada mereka.
Pada hari terakhir kami di sekolah, kami menemukan materi buat menambah ketertarikan karya sastra anak terhadap anak. Cara kami yaitu mewarnai tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra, misalnya tokoh di dalam komik, legenda, serta penyair terkenal. Setelah selesai mewarnai, kami membuat tantangan untuk menceritakan tokoh yang diwarnai. Tidak hanya untuk hiburan, metode seperti ini untuk pegenalan sastra yang lebih efektif.