Mohon tunggu...
Muhajir Suardi
Muhajir Suardi Mohon Tunggu... Freelancer - Jambi, Indonesia

Simpatisan Kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Politik Itu Kejam!

29 Mei 2014   01:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah sadar kan politik itu kejam!

Mungkin kekejamannya bisa lebih kejam dan sadis dari ratapan ibu tiri. (mungkin)

Lihat banyak forum, grup, komunitas, perkumpulan, apa saja namanya, dan bahkan wadah dimedia yang dulu suasananya normal, adem ayem dan menarik disimak, sekarang jadi ajang pamer prestasi, ajang membeberkan aib serta segala macam bentuk hal yang bisa jadi keburukan bagi oang lain.

Akhirnya wadah tersebut jadi basi! jadi benar-benar bikin pusing, jadi kacau balau, jadi sembrawut, jadi kaya benang kusut, pokoknya apapun hal yang paling kompleks bisa diibaratkan untuk keadaan yang terjadi pada wadah tersebut.

Walaupun sebenarnya ada yang senang memanfaatkan situasi seperti ini untuk ajang provokasi.fine jika hanya seperti, itu sudah jadi kondisi normal yang tak normal itu memaksakan pendapat orang harus setuju dengannya! *maksa banget

Jika begitukan jadi terlihat norak.

Kalo dari pandanganku sendiri, uruslah pribadimu dan fokus terhadapa target dan tujuanmu, jangan coba mengusik harapan dan target tujuan orang lain.

Politik sih politik, jika ada sebuah pendapat bahwa "politik itu kejam" itu mungkin benar.

tapi dengan hal seperti itu jangan menjadikan dirimu yang sedari awal adalah orang yang mungkin berharga dan baik dimata orang, berubah jadi "SOK" tau karakter pribadi orang lain, "SOK" jadi juri atas tindak-tanduk yang diperbuat orang lain, anda bukanlah seorang yang MAHA-MELIHAT dan MAHA-MENGETAHUI, terlebih lagi anda bukan, bahkan jauh dari kata MAHA-BERENCANA, anda bukan TUHAN!

Lalu jika nanti pilihan yang berdasarkan dari keputusan dari kesadaranmu yang sesadar-sadarnya tanpa paksaan dari pihak lain berhasil terpilih, namun dilain waktu ketika dia (sang pilihan) sengaja ataupun tidak sengaja atas perbuatan yang berujung pada suatu kesalahan yang mungkin saja fatal. bagaimana? masih ingin berkoar-koar "SOK" pro-ini atau pro-itu? masih dengan kepercayadirian 100% dengan sesuatu yang telah kamu putuskan secara sadar dan bijak itu?

Paling hanya bisa diam, melongo!
berharap ada sebuah alasan yang jelas atas hal tersebut itu,
berharap itu hanyalah sebuah fitnah!
berharap jika itu bukanlah real kesalahannya!

Heran?
Bingung?
Masih mikir?
Sama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun