Mohon tunggu...
Aji Reza Mahendra
Aji Reza Mahendra Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalistik

Perjalanan baru saja dimulai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Pers Mahasiswa

17 November 2019   10:53 Diperbarui: 17 November 2019   10:57 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai dari membahas R. M. Tirto Adhi Suryo, Bang Farid bercerita sedikit tentang bagaimana kepenulisan di zaman penjajah. Yang paling saya ingat adalah asal usul nama Minke yang mengacu kepada sosok Tirto Adhi Soerjo. Pramoedya Ananta Toer di novelnya yaitu Bumi Manusia dengan apik menuliskan kembali cerita perjuangan Tirto Adhi Suryo melawan penjajah dengan pena. Tak luput juga kisah cinta Minke dengan Anelise (saya nggak tahu tulisan namanya) yang juga diceritakannya.

Tapi bukan cerita tentang Minke ataupun kisah cintanya dengan Anelise yang jadi perbincangan utama, melainkan awal mula beridirnya pers di Indonesia. Tak salah juga menceritakan kisah Minke karena ia adalah salah satu pelopor berdirinya pers di Indonesia ini. Dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia).

Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum.

Pers Mahasiswa lahir sejalan dengan munculnya gerakan kebangkitan Nasional. Pers mahasiswa digunakan sebagai alat untuk menanamkan kepada rakyat Indonesia pada saat itu bahwa pentingnya kemerdekaan. Mengutip persmaporos.com,  dalam era ini bermunculan Hindia Putra (1908), Jong Java (1914), Oesaha pemoeda (1923) dan Soeara Indonesia Moeda (1938) yang secara gigih dan konsekuen atas keberpihakannya yang jelas pada perjuangan kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan sedikit banyak Pers Mahasiswa mengalami suatu kemajuan artinya peluang untuk membentuk lermbaga-lembaga Pers Mahasiswa semakin terbuka lebar terutama buat para Mahasiswa dan Pemuda. Setelah Tahun 1950 Pers Mahasiswa Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Juga kemudian komunitas Pers Mahasiswa Indonesia mengalami puncaknya di era ini.

Dalam era demokirasi liberal, opini Pers Mahasiswa dalam hal kematangannya tidak kalah dengan Pers Umum. Bahkan, era in dianggap era keemasan Pers Mahasiswa Indonesia yang kemudian mengikuti Konferensi Pers Mahasiswa Asia yang diikuti oleh negara Australia, ceylon, Hongkong, India, Indonesia, Jepang, New zealand, pakistan dan Philipina. Kemudian Lembaga Pers Mahasiswa Indonesia melakukan kerjasama dengan Student Informatin of Japan dan college editors Guild of the Philipphines (perjanjian segi tiga).

Tanggal 16-19 Juli 1958 dilaksanakan konferensi Pers Mahasiswa yang ke II dan menghasilkan peleburan IWMI dan SPMI menjadi IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia) karena anggapan perbedaan antara kegiatan perusahaan pers mahasiswa dan kegiatan kewartawanan sulit dibedakan dan dipisahkan.

Dalam sistem politik terpimpin, pemerintah melakukan kontrol ketat terhadap Pers. Bagi media Pers yang tidak mencantuman MANIPOL USDEK dalam AD/ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga) akan mengalami pemberangusan. Artinya Pers kala itu harus jelas menyuarakan aspirasi partai politik tertentu. Akhinya pada saat itu, banyak Pers mahasiswa yang mengalami kemunduran akibat pukulan politik ekonomi ataupun dinamika kebangsaan yang berkembang saaat itu.

Pada awal tahun 1978, media mainstream banyak yang dibredel sebagai gambaran ketakutan penguasa saat itu dengan institusi pers, sebagai contoh KOMPAS, SINAR HARAPAN, MERDEKA, INDONESIA TIMES dan masih banyak lagi yang lainnya. Akibatnya, "dunia" pers yang kosong diisi oleh Pers Mahasiswa Indonesia tentunya dengan pemberitaan khas sebagai cerminan Pers Mahasiswa yaitu kritis, berani dan keras.

Menelusuri akar pertumbuhan dan perkembangan gerakan pers mahasiswa di Indonesia terutama kebangkitannya di era 90-an, telah banyak catatan-catatan penting yang ditinggalkan, yang selama ini perlu dikumpulkan kembali dari tempatnya yang "tersembunyi" dan barangkali belum pernah kita tengok kembali, yang memungkinkan dari catatan tersebut tersirat sebuah semangat tentang perjuangan meraih tujuan bersama yang pernah didengungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun