Kalau melihat situasi BUMN saat ini memang perlu dibenahi, terutama PLN dan Pertamina. Dua BUMN ini yang harus menjadi titik fokus untuk membenahi perusahaan BUMN, karena di dua BUMN inilah yang banyak masalah.
Ekonom senior Faisal Basri juga memberikan pandangan demikian. Memang harus diakui, dua BUMN ini kerap jadi bancakan para Mafia, dibanding perusahaan BUMN lainnya.
Tapi sehebat apapun orang yang ditempatkan didua BUMN ini, belum tentu bisa memperbaiki keadaan kedua BUMN tersebut, karena konspirasi yang terlibat di lingkarannya sudah terstruktur dan sistematis sejak lama.
Baca juga: Rizal Ramli "Kepret" Ahok dengan Kata Kelas Glodok?
Jadi kalau ingin memperbaiki kedua BUMN ini bukan cuma mengganti pucuk pimpinannya, tapi juga memasukkan Pimpinan dan jajaran yang merupakan satu tim kerja, agar soliditas dan loyalitasnya terjaga.
Kalau cuma memasukkan Ahok atau siapapun hanya sendirian, sementara tim kerjanya masih produk lama, itu sama halnya dengan merusak reputasi Ahok perlahan-lahan. Ahok bukanlah superhero atau Malaikat, yang mampu membasmi sesuatu yang sudah mengakar sekian lama.
Memasukkan Ahok kesarang penyamun hanya sendirian, itu hanya seperti cerita film, dimana seorang jagoan bisa menumpas kejahatan hanya dengan sendirian. Sementara kenyataan yang dihadapi, bukanlah adegan sebuah film yang diatur siapa pemenangnya diakhir cerita.
Pandangan yang diberikan Faisal Basri sangat masuk diakal, sebagai pengamat ekonomi dan ekonom senior, Faisal sangat memahami kondisi didalam BUMN PT.Pertamina dan PT.PLN.
Kenapa Faisal menyarankan Ahok dan Chandra Hamzah ditempatkan didua BUMN tersebut, karena kedua BUMN ini menurutnya memiliki size yang besar dan sangat berpengaruh, yang lainnya tidak terlalu.
Bisa menyelamatkan Pertamina dan PLN agar tidak lagi dirampok, maka akan menyelamatkan negara. Bank memang besar, tapi asetnya tidak banyak, dan aset kredit. Sementara Pertamina dan PLN itu asetnya riil.
Bayangkan mafia di Pertamina juga bisa jadikan PLN sebagai bancakan, dan itu terjadi bukan hanya dalam waktu satu atau dua tahun. Hal itu bisa terjadi karena semua direncanakan sejak lama secara Sistematis.
Siapapun yang akan menjadi pucuk pimpinan Pertamina kalau dianggap tidak sejalan dengan orang-orang yang ada didalam, maka dia akan dihabisi secara terstruktur dan sistematis. Itu bukan cuma isapan jempol.
Jadi wajar kalau Faisal Basri menyarankan cukup fokus pada PLN dan Pertamina, untuk memperbaiki BUMN. Juga jangan cuma mengganti pucuk pimpinannya, orang-orang yang ada distruktur organisasinya juga harus sejalan dengan pucuk pimpinannya.
Dengan cara itu bisa memperbaiki kinerja BUMN. Sebetulnya sudah bisa dilihat reaksi dari dalam Pertamina, saat mendengar Ahok digadang untuk menempati jabatan direksi Pertamina. Seperti yang saya tulis dalam artikel, Jurus "Memukul Semak" ala Jokowi Memakai Tangan Ahok".
Respon yang dari dalam Pertamina begitu negatif, terutama darie kelompok Serikat Pekerja Pertamina. Kenapa mereka memberikan reaksi negatif.? Karena mereka sudah membayangkan nasib dan Kenyamanan mereka akan terganggu oleh Ahok.
Sebelumnya kita pernah tahu, bagaimana Menteri BUMN bisa mengganti Direktur Pertamina tanpa diketahui oleh Presiden. Tidak perlu dijelaskan kemana benang merahnya dari kebijakan tersebut.
Kita boleh saja punya ekspektasi yang tinggi terhadap Ahok atau Chandra Hamzah, tapi mereka juga cuma manusia biasa. Kalau tidak didukung oleh tim yang solid, mereka pun tidak bisa bekerja secara maksimal.
Mungkin kita pernah tahu bagaimana perilaku Serikat Pekerja Pertamina menyegel ruang Tantri Abeng, yang merupakan Komisaris Utama. Kalau ruang Komisaris Utama saja bisa mereka perlakukan begitu, bagaimana dengan direktur Pertamina.
Sebelum menempatkan Ahok atau Chandra Hamzah, ada baiknya dilakukan pembenahan didalam Pertamina, baik dijabatan struktural maupun non struktural. Kalau ini tidak dibenahi terlebih dahulu, maka siapapun yang akan memimpin Pertamina akan menghadapi persoalan yang sama.
Pandangan Faisal Basri agar cukup fokus pada Pertamina dan PLN ada benarnya, karena sumber masalah terbesar di BUMN ada didua perusahaan ini. Para mafia dan antek-anteknya menguasai dua perusahaan ini.
Oleh karena itu, menurut Faisal jika pemerintah benar-benar ingin membersihkan Pertamina dan PLN harus menempatkan tim yang memiliki visi yang sama dengan Ahok dan Chandra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H