Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosok di Balik Museum Bioskop Jambi

17 November 2019   07:10 Diperbarui: 17 November 2019   20:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabumi, Harkopo Lie/foto: doc. Harkopo Lie

Ini merupakan tulisan kedua dari beberapa tulisan yang penulis siapkan untuk mengapresiasi berdirinya Museum Bioskop Pertama di Indonesia, yang kebetulan berada di kota kelahiran Penulis, di Propinsi Jambi.

Tulisan sebelumnya yang berjudul: "Jambi akan Memiliki Museum Bioskop Pertama di Indonesia", yang penulis posting kurang lebih satu tahun yang lalu. Yang membahas tentang seputar artefak sejarah perbioskopan konvensional di Jambi.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 12 Nopember 2019, penulis berhasil mewawancarai sosok yang berada dibelakang pendirian Museum Bioskop Jambi, yakni, Bapak Harkopo Lie. Pria kelahiran Jambi 12 Nopember 1959.

Berdasarkan cerita dari Harkopo Lie, gagasan awal dari berdirinya Museum Bioskop berawal dari pembicaraan dengan salah seorang kerabatnya, Firman Lie, yang merupakan seorang Kurator seni, juga Dosen Seni Grafis di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Itu terjadi pada 1 Mei 2015.

Suatu saat Firman Lie melihat artefak-artefak Bioskop konvensional di gudang Harkopo Lie. Firman memberikan saran agar artefak bersejarah dari bioskop tersebut dikumpulkan dalam sebuah Museum khusus benda-benda bersejarah dari sebuah Bioskop.

Foto: doc.pribadi
Foto: doc.pribadi
Sebagai sebuah keluarga yang menguasai seluruh bioskop konvensional di Jambi, Bioskop Murni, Mega, Duta, President, Ria, Mayang, dan bioskop Sumatera, tentunya artefak-artefak bioskop yang sekarang sudah tidak lagi aktif, pastilah sangat banyak. Kalau untuk mengisi sebuah Museum, sudah sangat memadai.

Makanya, pada tanggal 21 Nopember 2018, satu tahun yang lalu, bersamaan dengan Seminar Museum Bioskop untuk pengembangan Budaya dan Industri Budaya Jambi, (saat itu penulis sendiri ikut hadir), sekaligus peresmian berdirinya Museum Bioskop Jambi. Juga dilanjutkan dengan Festival Budaya Bioskop, bertempat di Museum Bioskop Jambi, Jl. Tempoa II No.21, Jelutung, Cempaka Putih Jambi.

Foto: doc.pribadi
Foto: doc.pribadi
Satu tahun berdirinya Museum Bioskop Jambi, para pengelola museum terus berupaya melakukan berbagai inovasi, agar Museum Bioskop Jambi bisa menjadi objek wisata sejarah bioskop yang bisa memberikan wawasan kepada masyarakat tentang budaya bioskop.

Sayangnya, untuk melakukan inovasi tersebut, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kalau saja 'gayung bersambut' dengan Pemprov Jambi, atau Dinas Kebudayaan setempat, tentunya pemerintah daerah bisa peduli atas keberadaan museum Bioskop Jambi tersebut.

Foto: doc.harkopo lie
Foto: doc.harkopo lie
Foto: doc.harkopo lie
Foto: doc.harkopo lie
Padahal, apa yang sudah dirintis oleh Harkopo Lie ini adalah asset budaya yang juga perlu dibantu dan dipelihara oleh pemerintah setempat. Mengingat, Museum Biskop ini hanya ada di Propinsi Jambi, tidak ada di Propinsi lain di Indonesia.

Satu tahun berdiri, Museum Bioskop Jambi sudah dikunjungi baik wisatawan dari berbagai propinsi di Indonesia, maupun Wisatawan Mancanegara (Wisman), seperti Malaysia, Singapore, Tiongkok, Brunei, Australia, Rusia, Korea Selatan, Turki, Taiwan, dan Hainan.

Artinya, keberadaan Museum Bioskop Jambi ini sangat menarik minat wisatawan dalam negeri, maupun wisatawan asing untuk mengunjungi Propinsi Jambi. Museum Bioskop ini punya kontribusi memperkenalkan Jambi ke Mancanegara.

Embi C More dan Harkopo Lie/ foto: doc. Harkopo Lie
Embi C More dan Harkopo Lie/ foto: doc. Harkopo Lie
Jose Rizal Manua, Harkopo Lie/foto: doc. Harkopo Lie
Jose Rizal Manua, Harkopo Lie/foto: doc. Harkopo Lie
Harusnya Pemprov Jambi peduli akan keberadaan Museum Bioskop ini, bisa dijadikan ikon budaya dan pariwisata daerah yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun karena miskinnya wawasan pemerintah daerah terhadap kebudayaan, sehingga hal seperti ini dibiarkan begitu saja.

Sebagai putra daerah Jambi, penulis sangat menyayangkan ketidakpedulian Pemerintah Jambi terhadap keberadaan museum Bioskop ini. Seharusnya, Pemprov Jambi bisa memberikan solusi untuk perkembangan salah satu asset budaya yang perlu dibannggakan ini.

Gibran Rakabumi, Harkopo Lie/foto: doc. Harkopo Lie
Gibran Rakabumi, Harkopo Lie/foto: doc. Harkopo Lie
Penulis mau mempublikasikan Museum Bioskop Jambi ini atas rasa kepedulian terhadap upaya Harkopo Lie, demi kepentingan daerah yang dicintainya. Penulis bukanlah bertindak sebagai buzzer dari pengelola Museum Bioskop Jambi.

Apa yang sudah dirintis oleh Harkopo Lie ini seharusnya tidak cuma diapresiasi, tapi juga harus ada tindakan yang kongkret, demi keberlangsungan keberadaan Museum Bioskop Jambi tersebut, yang bisa menjadi ikon museum baru dikota Jambi.

Penulis percaya, sebagai seorang pengusaha yang tergolong sukses, baik di Jakarta maupun di Jambi, dia mampu untuk mengembangkan Museum Bioskop Jambi. Persoalannya, sebagai masyarakat Jambi seberapa besar kita memiliki rasa kepedulian terhadap keberadaan Museum tersebut.

Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Pemprov Jambi, harus memiliki visi Budaya dan pariwisata kekinian. Tidak cuma melihat nilai-nilai kebudayaan dari apa yang sudah diwarisi oleh pendahulu kita sebelumnya. Visi Budaya akan terus berkembang selaras dengan perkembangan tekhnologi kekinian.

Pemangku pemerintahan harus melek, dan mengikuti perkembangan zaman. Mengubah mindset dalam melihat asset budaya terbarukan. Tinggalkan Pola pikir konvensional yang berorientasi untung rugi semata. Buka mata untuk melihat jauh kedepan.

Dalam pertemuan dan percakapan penulis dengan Harkopo Lie, penulis merasakan keterbatasan dana dia untuk mengembangkan Museum Bioskop Jambi, sehingga terbetik dalam pikirannya untuk mendirikan yayasan sebagai penopang pengelolaan Museum Bioskop Jambi.

Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Foto: doc. Harkopo Lie
Hanya saja penulis pikir, kalau pemerintah setempat bisa membantu secara finansial untuk pengelolaan Museum Bioskop Jambi, sedikit banyak bisa meringankan persoalan yang dihadapi Harkopo Lie dalam mengelola salah satu asset berharga yang dimiliki Jambi.

Sekarang, Museum Bioskop Jambi ini sudah mulai dikenal masyarakat dari berbagai daerah lain maupun wisatawan asing. Bisa jadi suatu saat, museum Bioskop ini menjadi destinasi wisata alternatif di Kota Jambi.

Apa lagi di Area Bioskop tersebut ada Tempoa Inn, penginapan/hotel yang terintegrasi dengan Museum Bioskop Jambi.

Tulisan ini akan penulis jadikan sebagai sebuah tulisan atau review tentang Museum Bioskop Jambi secara berkala, sesuai dengan perkembangan yang terjadi selama perjalanan berdirinya Museum bioskop tersebut. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun