Ini merupakan tulisan kedua dari beberapa tulisan yang penulis siapkan untuk mengapresiasi berdirinya Museum Bioskop Pertama di Indonesia, yang kebetulan berada di kota kelahiran Penulis, di Propinsi Jambi.
Tulisan sebelumnya yang berjudul:Â "Jambi akan Memiliki Museum Bioskop Pertama di Indonesia", yang penulis posting kurang lebih satu tahun yang lalu. Yang membahas tentang seputar artefak sejarah perbioskopan konvensional di Jambi.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 12 Nopember 2019, penulis berhasil mewawancarai sosok yang berada dibelakang pendirian Museum Bioskop Jambi, yakni, Bapak Harkopo Lie. Pria kelahiran Jambi 12 Nopember 1959.
Berdasarkan cerita dari Harkopo Lie, gagasan awal dari berdirinya Museum Bioskop berawal dari pembicaraan dengan salah seorang kerabatnya, Firman Lie, yang merupakan seorang Kurator seni, juga Dosen Seni Grafis di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Itu terjadi pada 1 Mei 2015.
Suatu saat Firman Lie melihat artefak-artefak Bioskop konvensional di gudang Harkopo Lie. Firman memberikan saran agar artefak bersejarah dari bioskop tersebut dikumpulkan dalam sebuah Museum khusus benda-benda bersejarah dari sebuah Bioskop.
Makanya, pada tanggal 21 Nopember 2018, satu tahun yang lalu, bersamaan dengan Seminar Museum Bioskop untuk pengembangan Budaya dan Industri Budaya Jambi, (saat itu penulis sendiri ikut hadir), sekaligus peresmian berdirinya Museum Bioskop Jambi. Juga dilanjutkan dengan Festival Budaya Bioskop, bertempat di Museum Bioskop Jambi, Jl. Tempoa II No.21, Jelutung, Cempaka Putih Jambi.
Sayangnya, untuk melakukan inovasi tersebut, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kalau saja 'gayung bersambut' dengan Pemprov Jambi, atau Dinas Kebudayaan setempat, tentunya pemerintah daerah bisa peduli atas keberadaan museum Bioskop Jambi tersebut.