Tanpa dia ketahuinya, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW, selalu datang membawakannya makanan, bahkan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW.Â
Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah Rasulullah SAW wafat, tidak ada lagi orang yang menyuapi orang buta tersebut setiap paginya. Kebiasaan itu diteruskan oleh sahabat terdekat Rasulullah SAW, Abubakar RA. Tapi orang yahudi buta itu merasakan dan mengetahui bahwa yang sedang menyuapinya bukanlah orang yang selalu menyuapinya setiap pagi.
Akhirnya, Abubakar RA memberitahukan kalau orang yang biasa menyuapinya setiap pagi itu adalah Muhammad Rasulullah SAW, orang yang sangat dia benci selama ini. Betapa shock-nya orang yahudi buta tersebut.
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia...." Sumber
Sikap Nabi terhadap "musuh-musuhnya" yang tidak pernah merendahkan bagian dari akhlaknya yang sangat terpuji sebagaimana sabdanya yang menyatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlak (Innam bu'itstu li utammima makrima al-akhlq).
Sikap Nabi demikian diperintahkan oleh Allah dalam al-Quran supaya diteladani umatnya. Karena itu meski sejatinya manusia tidak boleh mengadakan permusuhan, namun jika terpaksa memiliki "musuh" maka tidak boleh diperlakukan secara kasar dengan menista martabatnya sebagai manusia seperti menyebutnya dengan "kotoran anjing" atau "kutil babi". Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H