Kalau anak milenial kemungkinan tidak terlalu tertarik menjadi PNS, karena menjadi PNS itu dianggap tidak dinamis, sangat monoton. Sementara, kaum Milenial itu identik dengan hal-hal yang tidak statis.
Rutinitas kerja PNS itu dianggap tidak ada tantangan dianggap sesuatu yang membosankan, karena ruang lingkup kerjanya tidak menuntut seseorang menjadi kreatif, tapi sangat pasif.
Tapi bagi orang-orang yang menginginkan hidup di zona nyaman, maka pilihannya adalah menjadi PNS. Ada penghasilan yang tetap, dan tidak mungkin bisa dipecat begitu saja, meskipun tidak berprestasi.
Sehingga ada guyonan dikalangan PNS beberapa puluh tahun yang lalu, yang mengisyaratkan kenyamanan menjadi PNS, yang tidak dimiliki oleh pegawai swasta, yakni:
"Ting-ting telingan Tikus, biar genting tidak pernah putus".
Yang maknanya, segenting-gentingnya hidup kalau jadi PNS itu tidak akan pernah susah, SK aja bisa digadaikan untuk dijadikan jaminan pinjaman di Bank. Setiap hari, selalu ada objekan, pensiun dapat tunjangan seumur hidup.
Memang kalau PNS hidup dan kerjanya biasa-biasa saja, penghasilannya perbulan sudah bisa ditakar. Lain soal kalau pegang proyek dan banyak objekan lainnya, barulah bisa dapat tambahan penghasilan.
Memang kalau dibandingkan kerja di perusahaan swasta, gajinya sangat mungkin akan lebih besar. Tapi persoalannya, di swasta tuntutan kerjanya juga lebih tinggi, tidak seperti PNS.
Tapi jangan salah, jadi PNS sekarang standar gajinya sudah tinggi, apalagi golongan jabatannya juga tinggi. Belum lagi berbagai tunjangannya. Yang jelas hidupnya lebih terjamin, apa lagi kalau mempunyai skill yang mumpuni.
Memang yang tidak menarik jadi PNS itu hanya terlalu monoton dan kurang dinamis. Kalau soal santai, memang lebih santai dibandingkan pegawai swasta.
Bagi orang-orang yang aktif dan dinamis pasti tidak akan cocok menjadi PNS. Itulah makanya banyak PNS yang suka bolos kerja. Kalau ditanya alasannya pasti karena bosan di kantor, suasananya begitu-gitu aja.
Ada juga yang terpaksa jadi PNS hanya karena ingin kehidupan yang lebih jelas. Padahal hatinya tidaklah untuk bekerja sebagai PNS, yang seperti ini sangat banyak. Datang kekantor sebentar, begitu habis absen langsung cabut.
Itu dulu ya, sebelum adanya penertiban dikalangan PNS. Dulu absensinya masih manual, sehingga bisa diakalin, atau titip absen sama teman-teman. Sekarang dengan sistem digital sudah tidak bisa main-main dengan Absensi.
Yang jelas, jadi PNS itu ting-ting telinga Tikus, biar genting tidak pernah putus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H